Obituari: Sang Maestro Karnaval, Dynand Fariz Ingin Buat Museum JFC
Keponakan Dynand Fariz, Hamda Arifta, mengatakan pihak keluarga juga tidak pernah mendengar Dynand mengeluh sakit karena kesibukannya yang cukup padat menjadi Staf Ahli Menteri Pariwisata dan konsultan karnaval di DKI Jakarta, serta Ketua Asosiasi Karnaval Republik Indonesia (AKARI).
“Sebenarnya kami terkejut saat mendapat kabar Mas Dynand Fariz meninggal dunia karena saat di rumah sakit sempat melakukan rapat-rapat kecil untuk persiapan JFC tahun ini,” tuturnya.
Selama sakit, pembicaraan Dynand tidak jauh-jauh dari persiapan JFC ke-18 karena semuanya diminta untuk melakukan persiapan secara optimal untuk menggelar karnaval tahunan di Kabupaten Jember, karena JFC akan terus digelar di daerah itu.
“Mas Dynand selalu menanyakan perkembangan JFC, bahkan kondisinya sedang sakit pun selalu berbicara terkait dengan persiapan JFC tahun ini, sehingga JFC harus tetap hadir sesuai pesan beliau meskipun Mas Dynand meninggal dunia,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris AKARI Jember David Susilo mengatakan sosok Dynand Fariz memiliki dedikasi tinggi terhadap Kabupaten Jember. Secara total, ia mengerjakan suatu “event” sehingga spiritnya sangat luar biasa untuk diteladani.
“Totalitasnya untuk menggerakkan Jember sangat luar biasa dan segala pendapatan yang diterimanya dari berbagai pihak secara pribadi selalu diberikan untuk kegiatan JFC, bahkan Mas Dynand hingga kini belum memiliki rumah pribadi,” tuturnya.
Kehidupannya yang sederhana dan selalu bekerja dengan totalitas, tanpa berpikir pamrih menjadikan sosoknya sangat dikagumi banyak pihak yang menjadikannya konsultan ahli di berbagai daerah.
Ia menjelaskan satu keinginan Dynand Fariz yang belum terwujud, yakni Museum JFC. Museum yang digagasnya itu untuk menampilkan berbagai kostum hasil kreatif tim JFC yang meraih penghargaan nasional dan internasional. AKARI bersama tim JFC akan berusaha mewujudkan keinginan almarhum tersebut.