Maksimalkan Hasil, Petani Lamsel Budidaya Sistem Tumpang Sari

Editor: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Keterbatasan lahan yang dimiliki petani tidak memupuskan keinginan petani untuk memperoleh hasil maksimal dari hasil pertanian.

Ponijan (40) salah satu petani memilih memanfaatkan lahan seluas seperempat hektare miliknya untuk menanam jagung dan cabai rawit. Kedua jenis tanaman tersebut diakuinya memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga ia menerapkan budidaya dengan teknik campuran atau tumpang sari.

Warga Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) itu menyebut, menerapkan pola tumpang sari jagung dan cabai rawit karena saling mendukung. Ia menyebut budidaya kedua jenis komoditas tersebut saling mendukung dengan usia tanam hampir berbarengan.

Saat jagung bisa dipanen pada usia tiga bulan lebih ia menyebut, tanaman cabai rawit miliknya memasuki usia empat bulan. Saat jagung dipanen ia memastikan tanaman cabai rawit memasuki tahap pematangan buah tahap pertama.

Budidaya jagung dengan cabai rawit disebut Ponijan, dimulai dengan proses pengolahan lahan dan dibuat menjadi bedengan. Bedengan yang dibuat menurut Ponijan merupakan bekas lahan untuk menanam melon sehingga ia tidak perlu membuat bedengan baru.

Sebanyak ratusan bedengan dengan panjang berbeda diakuinya dibuat dengan jarak seragam untuk memudahkan perawatan. Sebanyak 5.000 batang bibit cabai rawit disebut Ponijan ditanam satu pekan sebelum jagung ditanam.

“Penanaman bibit cabai rawit yang sudah disemai dilakukan satu pekan lebih awal untuk memudahkan proses penanaman jagung yang ditanam menggunakan sistem tajuk dengan jarak yang sudah ditentukan untuk pertumbuhan yang baik,” terang Ponijan, petani jagung di Kecamatan Penengahan saat ditemui Cendana News, Selasa (2/4/2019).

Lihat juga...