‘Saung Berkarya’ Akan Kembangkan Temanggung Daerah Kewirausahaan Terpadu

Editor: Koko Triarko

“Agar harga jual komoditas pertanian, seperti cabai, tidak anjlok, nanti kita kembangkan kampung-kampung agrobisnis berbasis tertentu. Misalnya, cabai, tomat, kol dan lainnya. Jadi, satu daerah dipetakan akan tanam apa, agar panen tidak serempak sama semua, sehingga harga anjlok,” katanya.

Untuk memutus mata rantai distribusi, Partai Berkarya juga akan memanfaatkan GORO sebagai koperasi yang menyerap hasil-hasil panen usaha pertanian, maupun peternakan para petani.UKM

Dengan begitu, katanya, petani tidak perlu lagi menjual hasil panen kepada para tengkulak yang biasanya selalu mempermainkan harga hingga merugikan petani.

Sebelumnya, sejumlah petani di Desa Kemloko mengeluh mahalnya biaya produksi dan sulitnya memasarkan produk hasil pertanian mereka dengan nilai jual tinggi. Selain biaya kebutuhan pupuk yang mahal, para petani juga mengaku selalu dipermainkan tengkulak setiap musim panen tiba.

Sebagai gambaran, seorang petani di Desa Kemloko membutuhkan biaya sedikinya Rp11,5 juta untuk membeli pupuk pada lahan garapan seluas 1 hektare. Jumlah itu didapat dari kebutuhan pupuk sebanyak 450 karung per hektare. Padahal, 1 karung pupuk, petani harus membeli seharga Rp25.000.

Sementara harga jual hasil panen sayur-sayuran kerapkali anjlok. Saat ini saja, harga jual cabai merah keriting yang semula berkisar Rp10.000 per kilogram, turun menjadi hanya Rp3.000. Harga kol bahkan jauh lebih anjlok lagi, saat ini hanya mencapai Rp500 per kilogramnya.

Lihat juga...