Mahfud MD: Indonesia Jaya pada 2045

Editor: Satmoko Budi Santoso

PURWOKERTO – Dilandasi rasa keprihatinan atas kemungkinan perpecahan yang mengancam negeri ini, Mahfud MD melalui Gerakan Suluh Kebangsaan, berkeliling menjelajah Nusantara untuk menggelar dialog kebangsaan.

Dalam dialog yang dilaksanakan di Stasiun Purwoketo, Selasa (19/2/2019), Mahfud MD mengajak masyarakat untuk menjaga nalar sehat dan berbudi, demi menuju Indonesia emas di tahun 2045.

Dalam paparannya Mahfud menyampaikan, negara ini didirikan dengan perdebatan yang luar biasa. Pada saat itu, Soekarno menolak keras dibentuk negara agama.

Perdebatan berlangsung dan Soekarno tetap kukuh pada pendiriannya, bahwa dimana-mana, negara agama akan rusak. Sebaliknya, negara akan maju jika dibiarkan tumbuh sendiri dan negara akan maju tanpa agama.

Kelompok Islam seperti Wahid Hasyim, Agus Salim dan lainnya, menolak keras pemikiran tersebut. Menurut mereka tidak mungkin mendirikan negara sekuler murni seperti di dunia barat. Sehingga terjadilah perdebatan.

Kelompok Islam menyampaikan dalil-dalil dan pada akhirnya keduanya bertemu di titik tengah. Soekarno bersedia mengakomodir agama dalam negara, tetapi tidak hanya Islam, melainkan semua agama.

ʺIni yang namanya nalar ketemu nalar, perdebatan dengan menggunakan akal sehat dan disertai budi pekerti. Sehingga menghasilkan negara Pancasila. Bukan negara agama, tetapi mengakomodir banyak agama,ʺ terang Mahfud.

Lebih lanjut Mahfud menjelaskan, Ahmad Dahlan, Hasyim Ashari dan tokoh Islam lainnya tidak pernah melakukan diskriminasi. Kebhinekaan negara dijaga sejak awal berdiri.

Menurutnya, ada empat tanda-tanda suatu negara menuju kehancuran, yaitu pertama jika pemerintah mengalami disorientasi dalam hal penegakan hukum. Dimana pemerintah tidak lagi menjunjung tinggi tujuan penegakan hukum dan hukum tidak lagi ditaati.

Lihat juga...