Kelezatan Iwel-iwel, Kue Tradisional Gurih dan Manis
Editor: Satmoko Budi Santoso
Pada saat kelahiran salah satu anak kerabat ia bahkan menyebut, kue iwel-iwel dibuat bagi kelahiran bayi yang diberi nama Eko Satrio Wicaksono. Makna nama tersebut berarti putera pertama yang berjiwa kesatria dan memiliki sifat bijaksana.
Harapan tersebut salah satunya dibuat dengan kue berbahan ketan yang bagi warga suku Jawa memiliki makna cukup dalam. Ketan disebutnya berasal dari kata keraketan atau merekatkan. Kue berbahan ketan diharapkan bisa merekatkan persaudaraan, kekerabatan antarkeluarga dan tetangga yang ikut mendoakan sang anak.
Kue iwel-iwel disebutnya selain disajikan kepada sang tamu juga disertakan pada menu kenduri. Menu kenduri tersebut selain nasi, lauk pauk berupa ingkung disertakan urap atau sayur serta kue iwel-iwel dan jenang merah putih.
Kenduri yang dibuat sebagai ungkapan syukur atas kelahiran anak sekaligus permohonan doa agar anak yang dilahirkan tetap sehat dan tumbuh menjadi pribadi sesuai harapan orangtua.
Meski kue iwel-iwel kerap disajikan saat ada kelahiran, Suyatinah menyebut, kue tersebut kerap dibuat pada momen biasa.
Suyatinah mengaku, membuat kue iwel-iwel karena sedang mengerjakan proses pengolahan lahan sawah. Kue iwel-iwel diakuinya sekaligus menjadi sebuah penanda dimulainya masa tanam dengan harapan padi yang dibuat tumbuh dengan baik.
Kue iwel-iwel yang diperuntukkan bagi pekerja di sawah diakuinya sekaligus harapan agar semaian padi bisa tumbuh dengan baik hingga panen.
Bahan yang mudah diperoleh diakuinya membuat ia memilih menyediakan menu kue iwel-iwel yang memiliki ciri khas rasa manis dan gurih tersebut. Kue iwel-iwel diakuinya saat ini juga masih kerap ditemui di pasar tradisional.