Hutan Lorong, Kurangi Risiko Banjir
Editor: Satmoko Budi Santoso
JEMBER – Warga Desa Curahlele, Kecamatan Balung, Jember, kini mulai galakkan gerakan penanaman lorong jalanan dengan tanaman kayu keras, misalnya tanaman kayu jaran.
Tidak hanya mulai menanami lorong jalan dengan tanaman kayu keras saja, warga Desa Curahlele juga memanfaatkan area lorong jalan dengan menanam tanaman cabai Jawa.
Gerakan penanaman lorong jalan dengan kayu keras dan cabai Jawa yang dibina oleh Kelompok Riset (KeRis) Tropical Natural Resources Conservation Universitas Jember ini, diharapkan dapat memberikan dua manfaat sekaligus bagi warga setempat.
Pertama, adanya kayu keras dapat mencegah bahaya banjir. Kedua, tanaman cabai Jawa memberikan pendapatan tambahan bagi warga.
“Selama ini, area lorong jalan belum termanfaatkan secara maksimal. Padahal dapat diubah menjadi sumber daya alam yang potensial dan produktif dengan cara menanami tanaman tegakan seperti kayu jaran dan tanaman lilitan. Contohnya cabai Jawa di sepanjang lorong jalan,” jelas Hari Sulistiyowati, saat dihubungi di Gedung CDAST, Rabu (13/2/2019).

Hari Sulistiyowati, dan dua koleganya Tri Ratnasari serta Arif Mohammad Siddiq, rutin memantau perkembangan hutan lorong di Desa Curah Lele.
Keberadaan pilot project hutan lorong ini diharapkan akan diikuti oleh warga lainnya di sekitar Desa Curah Lele. Jika tegakan tanaman keras mencegah banjir, hasil panen cabai Jawa juga bisa disetorkan kepada pembuat jamu tradisional.
Hari Sulistiyowati lantas menambahkan, keberadaan program hutan lorong adalah kelanjutan dari Program Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Universitas Jember 2017-2018 lalu. Jadi walaupun secara resmi program ICCTF telah berakhir masa kerjanya, namun Universitas Jember berkomitmen untuk tetap mendampingi warga, khususnya di sekitar Taman Nasional Meru Betiri melalui KeRis Tropical Natural Resources Conservation.