Hasil Tangkapan Nelayan Pesisir Lamsel Masih Minim
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Usai puncak bulan purnama pada Selasa,19 Februari 2019, sejumlah nelayan mulai kembali melaut di perairan Selat Sunda.
Imam, nelayan di dermaga Bom, Kalianda, Lampung Selatan, mengaku sudah kembali melaut menjelang ‘bulan mati’, usai bulan purnama. Meski sudah mulai melaut, ia dan sejumlah nelayan lain mengaku hasil tangkapan ikan laut belum maksimal, sehingga harga jual ikan masih mahal.

Menurutnya, minimnya pasokan ikan laut hasil tangkapan nelayan pesisir Lamsel, berimbas pelelangan ikan, pedagang ikan keliling (pelele) dan pedagang ikan kekurangan pasokan.
Akibatnya, ikan hasil tangkapan nelayan yang dibawa ke darat banyak diminati oleh pedagang ikan keliling (pelele), serta sejumlah bos ikan.
Tangkapan ikan yang masih minim juga diakui Imam masih akan berlangsung selama beberapa hari ke depan, karena nelayan belum seluruhnya melaut.
“Kenaikan harga ikan laut terjadi pada semua jenis ikan, karena nelayan yang melaut sebagian merupakan nelayan yang tidak mengalami kerusakan kapal tangkap, saat tsunami terjadi dua bulan silam,” terang Imam, Minggu (24/2/2019).
Sejumlah pelele atau pedagang ikan keliling, sebut Imam, kerap harus menunggu lama saat nelayan mendarat. Kerusakan pada fasilitas tempat pelelangan ikan, membuat sejumlah pelele langsung membeli ikan dari nelayan.
Kondisi tersebut mengakibatkan kenaikan harga ikan dengan kisaran Rp5.000 hingga Rp10.000 per kilogram. Kenaikan harga tersebut terjadi pada semua jenis ikan, di antaranya ikan selar, semula Rp15.000 menjadi Rp20.000, ikan tongkol semula Rp20.000 menjadi Rp25.000 per kilogram.