Bungo Lado, Film Dokumenter Antara Agama dan Tatanan Sosial

Editor: Mahadeva

Bunga Lado - Foto M Noli Hendra
Mahasiswa Pascasarjana ISI Padang Panjang, Andri Maijar/Foto: M. Noli Hendra

“Jadi di film dokumenter ini, menayangkan, bahwa setiap kelompok masyarakat saling berlomba untuk menyumbangkan sebagian dari penghasilanya, untuk disumbangkan dengan cara menghiaskan uang sumbangan tersebut ke sebuah ranting sebagai wujud kegembiraan,” sebutnya.

Dari segi naratif, peristiwa demi peristiwa menjadi alur atau plot yang disajikan secara linear. Tradisi bungo lado, digambarkan secara detail, mulai dari prosesi pencarian ranting, pengumpulan uang di lapau (warung), arak-arakan dan pemajangan di depan masjid.

Di film tersebut, dicoba untuk dideskripsikan bagaimana sebuah tatanan sosial masyarakat, tentang bagaimana pengikut tarekat syatariyyah. Mereka meleburkan pemahaman agama dengan kebudayaan setempat, yang kemudian menjadi sebuah tradisi dan tatanan sosial yang mapan. Baik itu dari aspek sosial masyarakat, agama, dan rasa nasionalisme masyarakat.

Pada kesempatan tersebut, karya film dokumenter yang ditayangkan tidak hanya Bungo Lado. Tetapi juga ditayangkan film Hutan Adat, karya Elfit Fahriansyah, dan film pendek fiksi Kawa, karya Ella Angel. Film-film tersebut, masih seputar tradisi dan budaya, yang dimiliki masyarakat Sumatera Barat.

Lihat juga...