Seru, Seram, Mancing Buaya di TMII
Editor: Koko Triarko
Kepala Unit Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptil TMII, Fitriana, mengatakan, wahana konservasi ini banyak dikunjungi wisatawan. Selain berbagai jenis reptil, baik hidup maupun replika, ada pula education time dan mancing buaya yang menjadi daya tarik pengunjung.
“Adanya pertunjukan mancing buaya ini menjadikan Museum Komodo dan Taman Reptil menjadi wahana unggulan. Banyak pengunjung yang berminat mancing buaya,” ujar Fitri kepada Cendana News.
Dalam mancing buaya, jelas dia, pengunjung dapat mencoba memancing seekor buaya dengan sebuah kail dan potongan kepala ayam, yang digunakan sebagai umpan.
Pengunjung tidak perlu cemas dengan keamanannya. Karena ada seorang petugas yang akan memberikan panduan kepada pengunjung yang berminat memancing buaya.
Memancing buaya ini, jelas dia lagi, sangat aman dilakukan karena buaya terletak jauh di bawah. Sedangkan pengunjung yang memancing berada di atas, dan juga terdapat pembatas berupa kaca bening yang kokoh.
“Mancing buaya ini, sangat aman, ya. Karena ada pemandunya, ada pembatas yang kokoh,” tandasnya.
Lebih lanjut disampaikan, kail yang digunakan pengunjung juga aman dan berbahan dari kabel besi, lalu kailnya terbuat dari pelepah pisang, sehingga saat ditarik oleh buaya, tidak melukai mulut buaya. Jika kail itu pun termakan buaya, maka tetap aman.
Atraksi mancing buaya ditampilkan, karena buaya terkenal ganas dan liar. Tapi dengan berpikir menyajikan hiburan memancing buaya ini, tujuannya untuk edukasi bagi pengunjung.
Menurutnya, ada dua jenis buaya yang digunakan untuk mancing buaya. Yaitu, buaya muara dan buaya sumpit atau buaya sinyulong. Buaya muara ini terdapat di seluruh perairan Indonesia. Sedangkan buaya sumpit hanya ada di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Namun, kebanyakan buaya sumpit ini ada di Sungai Musi.