Semangat Keberagaman dalam Ekaristi Minggu Misioner
Editor: Koko Triarko
Perjuangan untuk bertemu dengan Tuhan tersebut, bahkan telah diperlihatkan pada kelahiran Yesus, di mana para raja dari Timur menggunakan ilmu perbintangan untuk membawa persembahan pada Yesus Kristus.
Makna pada kedatangan para raja pada Injilm, jelas Pastor Wolfram, menjadi semangat kesederhanaan. Sesuai dengan semangat keuskupan sufragan Tanjung Karang 2019 sebagai tahun persembahan anak sulung, menyimbolkan semangat untuk memberikan hal terbaik pada sesama dan Tuhan.
Simbol anak sulung disebut Pastor Wolfram merupakan hal hal yang dinantikan, istimewa. Belajar dari ketulusan para raja, gembala dan majus atau orang bijaksana, maka anak-anak dalam gereja Katolik diajak untuk ikut hidup dalam kesederhanaan.
“Pada zaman modern, kebahagiaan sudah diukur dengan uang serta materi lain, padahal sumber kebahagiaan, salah satunya kebersamaan dalam keluarga,” terang pastor Wolfram.
Pada hari Minggu Misioner, semangat untuk berbagi pada anak-anak, kata Pastor Wolfram, di antaranya pada kerelaan untuk menyisihkan persembahan.
Persembahan berupa barang, uang tersebut diberikan bagi anak-anak lain di seluruh dunia yang jauh dari kebahagiaan karena penyakit, perang, bencana alam serta situasi yang tidak nyaman lainnya.
Persembahan diwujudkan dalam intensi atau kolekte tersebut dari anak-anak akan dikirimkan ke komisi misioner Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), untuk selanjutnya dikirim ke Vatikan untuk disalurkan pada anak-anak di seluruh dunia.
Sikap saling berbagi tersebut, diakui Pastor Wolfram juga menjadi tradisi ketika kelahiran Yesus, anak-anak juga ikut membawa hadiah. Pada zaman modern, anak-anak Katolik diberi kesempatan untuk berbagi melalui tukar kado.