Produksi Sawit Turun, Petani di Lamsel Tunda Peremajaan
Editor: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Sejumlah petani kelapa sawit di Lampung Selatan (Lamsel) memilih mempertahankan tanaman kelapa sawit meski sebagian berumur lebih dari sepuluh tahun.
Hasan, salah satu pemilik lahan sawit di Desa Baktirasa, Kecamatan Sragi, menyebut, produksi tanaman sawit miliknya mulai menurun. Penurunan produksi diakuinya terjadi pada lahan sawit lebih dari sepuluh tahun dengan ketinggian mencapai delapan hingga belasan meter.
Meski sudah mengalami penurunan produksi, Hasan memilih mempertahankan tanaman kelapa sawit miliknya. Hasil panen Tandan Buah Segar (TBS) sawit dengan harga berkisar Rp600 hingga Rp900 per kilogram pada level petani, membuat ia masih tetap mempertahankan tanaman sawit miliknya.
Sejumlah pemilik kebun sawit di wilayah tersebut menurutnya mulai melakukan perombakan tanaman sawit dan mengganti dengan bibit baru. Proses revitalisasi tanaman sawit dilakukan secara mandiri oleh petani untuk memperoleh produksi maksimal.
“Proses peremajaan tanaman sawit kerap dilakukan oleh petani dengan menerapkan sistem tumpangsari. Saat tanaman sawit masih muda bisa dilakukan penanaman jagung hingga tanaman berusia lebih dari satu tahun,” terang Hasan, salah satu petani penanaman sawit, saat ditemui Cendana News, Senin (21/1/2019).
Hasan yang memilih belum melakukan revitalisasi lahan sawit miliknya menyebut, menunda peremajaan dengan alasan memilih bibit berkualitas. Rencananya, akhir tahun ini ia memesan benih berkualitas dari wilayah Jambi agar mendapatkan pohon yang berkualitas.
Proses peremajaan diakuinya dilakukan memperhitungkan kondisi cuaca dengan waktu perombakan dilakukan saat musim kemarau. Cara tersebut diakuinya untuk memperkecil biaya perombakan lahan dengan menggunakan sistem penebangan.