Pakar: Patroli Medsos Perlu Digencarkan untuk Atasi Prostitusi Daring

Ilustrasi

Model seperti ini, katanya lagi, ada proses filter oleh germo agar grup selalu steril dan konten berupa foto PSK yang dijajakan tidak beredar di luar grup mereka. Bila ketahuan ada yang membocorkan mereka, akan dikeluarkan dari grup.

Model komunal ini, kata Pratama, biasanya dipakai oleh kelas menengah atas. Dalam grup, mereka biasanya melakukan transaksi bersama untuk “show” di hotel dengan harga jutaan rupiah.

Untuk model prostitusi daring “perorangan”, kini relatif banyak memakai WeChat, Bee Messenger, dan juga twitter, bahkan Instagram pun mulai banyak dilirik.

Dari segi keamanan siber ataupun ancaman peretasan ini, menurut dia, lebih aman karena info dan komunikasi langsung memakai sarana aplikasi. Bahkan, di WeChat dan Bee, ada “tools” untuk mengetahui siapa saja yang bisa di-“booking” dalam area jarak tertentu.

“Yang cukup marak di kalangan anak muda juga adalah aplikasi tinder. Aplikasi yang sejatinya untuk mencari teman kencan, faktanya juga digunakan oleh PSK maupun calon pelanggan,” katanya.

Pratama lantas menyampaikan data Jurnal Kesehatan Masyarakat di Jakarta Selatan pada tahun 2015. Jurnal ini mengungkap ada 372 dari 1.032 penderita AIDS (acquired immune deficiency syndrome) atau penyakit sistem kekebalan tubuh karena infeksi retrovirus HIV karena prostitusi daring.

“Bisa dimengerti karena adanya Kalibata City yang selama ini dikenal sebagai tempat prostitusi ‘online’ yang cukup besar,” kata pria kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.

Sampai saat ini, lanjut dia, tidak jelas berapa kasus yang diungkap pihak kepolisian. Namun, setidaknya ada beberapa kasus heboh, seperti VA dan AS, artis Ibu Kota yang dibanderol puluhan juta rupiah sekali kencan. [Ant]

Lihat juga...