Membabar Makna Filosofi Arsitektur Pendopo Agung Sasono Utomo TMII
Editor: Koko Triarko
Pendopo ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas latar belakang dan gandok. Tersaji empat trap untuk mencapai pendopo, dan satu tingkat untuk peningilan yang mencerminkan falsafah Pancasila.
“Sedangkan teras upacara dicapai dengan tiga trap. Jadi, keseluruhan ada delapan buah trap, merupakan ciri manusia berwatak utama hasta Barata,” katanya.
Di sebelah belakang dari pendopo, ada rana penyekat ruangan yang terdiri dari tujuh bagian. Adanya rana penyekat ruang yang membatasi Pendopo Sasono Utomo dengan Sasono Langen Budoyo. Yakni, pendopo ini suatu penggambaran secara material kelengkapan dari pemerintahan.
Sedangkan Sasono Langen Budoyo, menggambarkan aspek kebudayaan atau spiritual Indonesia, yang harus dibangun dalam keseimbangan yang selaras dan terukir, dengan indahnya dalam cerita wayang yang melambangkan perjalanan Indonesia.
“Dari ukiran indah itulah, kita dapatkan lambang-lambang dari bangsa. Yakni, dalam arti masa lampau, masa transisi, masa sekarang dan masa yang akan datang,” katanya.
Jadi, sambungnya, suatu pengambaran dari wayang ke nonwayang yang dapat kita simpulkan. Bahwa setelah melewati masa perjuangan yang berat dan penuh bahaya telah mengantar bangsa kita untuk mencapai kemerdekaan.
Menunjukkan adanya proses regenerasi kultural dari generasi tua kepada generasi muda. Adanya lanjutan cerita wayang kepada legenda-legenda, merupakan gambaran yang nyata tentang adanya masa transisi dari bangsa Indonesia.
Dengan tampilan Raden Parikesit memegang tampuk pimpinan di Hastinapura, merupakan gambaran sejarah baru di negeri ini. Suatu pergantian generasi dari angkatan lama kepada baru.