Erupsi Gunung Api tak Otomatis Turunkan Suhu Global

Editor: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Penurunan suhu global yang dipengaruhi oleh erupsi gunung api, pada intinya bergantung pada kandungan sulfur yang naik ke lapisan stratospher. Sehingga tidak menjadikan setiap erupsi gunung api akan mampu menurunkan suhu global.

Kasubditpro Iklim, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto, M.Sc, menyatakan, saat terjadi erupsi, gunung api mengeluarkan muntah material yang salah satunya adalah sulfur dioksida.

“Saat sulfur dioksida ini mencapai lapisan stratospher dan bertahan di sana, sulfur ini akan menyerap sebagian besar sinar langsung matahari. Jadi sinar yang diteruskan ke permukaan bumi akan berkurang. Inilah yang menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi turun,” kata Siswanto kepada Cendana News, Selasa (8/1/2019).

Dipaparkan, saat Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883, muntahan materialnya menyebabkan abu vulkanik yang tebal hingga ke daratan Eropa.

“Saat kejadian itu, Eropa mengalami suatu kondisi year without summer. Maksudnya, musim panasnya berlangsung tapi suhu yang ada jauh berbeda dengan suhu musim panas yang normal,” ujar Siswanto.

Contoh lainnya, saat Gunung Agung meletus pada Maret 1963 setelah 120 tahun tidur panjang. Setelah erupsi terakhir di 1843, berhasil menurunkan suhu hingga 0,2 derajat.

Grafik kenaikan suhu selama 100 tahun terakhir dengan pengaruh erupsi gunung api – Foto Ranny Supusepa

“Untuk ukuran global, penurunan suhu hingga 0,2 derajat ini besar. Bandingkan dengan kenaikan suhu selama 100 tahun yang hanya 1 derajat saja. Tapi walaupun ada penurunan suhu saat erupsi, tren suhu itu tetap mengalami kenaikan. Karena pengaruh ini hanya berlangsung selama 1 hingga 2 tahun saja,” kata Siswanto seraya menunjukkan grafik tren kenaikan suhu dunia.

Lihat juga...