Dampak Penutupan Rinjani Pascagempa, Tumbuh Pelaku Usaha

Editor: Satmoko Budi Santoso

MATARAM – Semenjak pendakian Tanaman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ditutup beberapa bulan lalu, terutama pascabencana gempa, justru tumbuh banyak pelaku usaha sektor wisata terdampak, baik pelaku usaha jasa, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), termasuk pekerja gaet dan portir pendakian Rinjani.

“Kalau ditanya dampak, sudah pasti sangat berdampak bagi masyarakat pelaku usaha. Terutama jasa gaet portir, karena tidak ada aktivitas pendakian,” kata Kepala Balai TNGR, Sudiyono di Mataram, Selasa (22/1/2019).

Kondisi tersebut, diakuinya, sampai sekarang masih berlangsung, karena memang pendakian Rinjani terutama melalui dua pintu masuk, yaitu Senaru dan Pelawangan, masih ditutup pascagempa, sampai ada hasil penelitian tentang layak tidaknya dilalui kembali sebagai pintu pendakian.

Dikatakan, hal paling memungkinkan bisa dilakukan masyarakat di sekitar Rinjani adalah dengan memanfaatkan dan memaksimalkan objek wisata kreatif yang berada di sekitar atau luar tanaman nasional sebagai sumber pendapatan ekonomi. Tanpa bergantung dari pendakian Rinjani.

“Di luar kawasan Rinjani, saya kira banyak yang bisa dikembangkan masyarakat, seperti di Tete Batu. Ada homestay segala macam, air terjun, hutan. Bahkan dari kegiatan pertanian bisa dijadikan objek wisata yang bisa memberikan keuntungan secara ekonomi,” katanya.

Lebih lanjut, Sudiyono, menambahkan, mengenai data secara mendetil, pihak TNGR belum melakukan pendataan yang jelas soal pelaku wisata. Tapi yang jelas ada 90 TO dan 1.612 gaet portir tidak melakukan aktivitas pendakian di Rinjani.

Dampaknya bukan hanya itu, ketika ada wisatawan, mereka butuh transportasi, penginapan, makan, kuliner hasil pertanian, sehingga bisa banyak pelaku usaha terdampak, yang jumlahnya bisa mencapai ribuan.

Lihat juga...