Dibanding Negara Tetangga, Pembiayaan Penelitian di Indonesia Terendah

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti Dr. Muhammad Dimyati di ruang kerja, Gedung D Kemenristekdikti Jakarta. Foto: Ranny Supusepa

JAKARTA — Pembiayaan untuk penelitian pengembangan (litbang) di Indonesia berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) merupakan salah satu yang terendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan porsi terbesarnya masih berasal dari dana pemerintah.

Sebagai perbandingan, persentase pembiayaan di Indonesia adalah 0,25 persen dari GDP, dengan persentase pembiayaan pemerintah 83,88 persen pada 2016. Sementara di Malaysia, 1,30 persen dari GDP dengan pembiayaan pemerintah 19,56 persen. Di Filipina yang mengeluarkan 0,63 persen dari GDP dengan porsi pemerintah hanya 29,73 persen.

Untuk meningkatkan hal ini, Kemenristekdikti menyusun suatu skema pembiayaan yang lengkap dan berkelanjutan dalam program endowment fund untuk penelitian.

Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Dr. Muhammad Dimyati menyatakan, endowment fund untuk peneliti ini merupakan upaya pemerintah untuk mengadakan pembiayaan yang berkelanjutan dengan pertanggungjawaban simple tapi tetap akuntabel.

“Kita sudah mempersiapkan skemanya tapi programnya baru akan dimulai di tahun 2019 dengan inisiasi dari dana APBN. Untuk pertama nilainya kurang sedikit dari Rp1 triliun. Yang digunakan bukan dana pokoknya tapi bunga dari dana ini. Jadi dana pokoknya akan tetap dan kita upayakan akan bertambah setiap tahunnya,” kata Dimyati di Gedung D Kemeristekdikti Jakarta, Kamis (27/12/2018).

Dimyati memaparkan, dana pokok endowment fund ini akan dikelola oleh lembaga keuangan yang disetujui pemerintah untuk mengelola secara maksimal.

“Kenapa kita atur seperti ini? Supaya anggaran peneliti kita bisa berkelanjutan. Selama ini kan dana penelitian negara kita yang paling rendah,”ucapnya.

Lihat juga...