Memorabilia Kamar Presiden Soeharto di Balai Desa Tapanrejo Banyuwangi
Oleh Mahpudi, MT
Catatan redaksi:
Dalam catatan Incognito Pak Harto seri ke-34 yang kami turunkan ini, redaksi cendananews.com selain menurunkan sejumlah tulisan dan liputan berbagai acara, juga menampilkan berbagai aktivitas. Salah satunya, catatan ekspedisi Incognito Pak Harto tahun 2012. Ekspedisi yang dilakukan oleh sebuah tim dari YHK yang terdiri dari Mahpudi (penulis), Bakarudin (jurnalis), Lutfi (filatelis), Gunawan (kurator museum), serta salah satu saksi sejarah peristiwa itu, yaitu Subianto (teknisi kendaraan pada saat incognito dilaksanakan). Meski sudah cukup lampau ekspedisi itu dilakukan, dan hasilnya pun sudah diterbitkan dalam buku berjudul Incognito Pak Harto –Perjalanan Diam-diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya (2013) dan Incognito – The President Impromptu Visit (2013) serta Ekspedisi Incognito Pak Harto –Napak Tilas Perjalanan Diam-Diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya (2013) , namun hemat kami catatan ekspedisi yang ditulis oleh Mahpudi dalam beberapa bagian ini tetap menarik untuk disimak. Sebab, seperti disimpulkan oleh penulisnya, peristiwa blusukan ala Pak Harto yang terjadi pada tahun 1970 ini sangat patut dijadikan salah satu tonggak sejarah nasional Indonesia.
Selamat Membaca.

Rupanya, nama Soeharto adalah nama yang jamak digunakan bagi Orang Jawa. Soeharto mengandung makna harta yang baik. Makna itu banyak diberikan orang tua pada masa lalu kepada anaknya dengan keyakinan, anak adalah harta yang baik dan begitu berharga. Buktinya, dalam perjalanan incognito yang dilakukan menyusuri pulau Jawa, Presiden Soeharto berjumpa dengan dua orang bernama sama dengan dirinya.