Cuaca Ekstrem, Ratusan Nelayan Cianjur Berhenti Melaut

Ilustrasi - Nelayan -Dok: CDN

CIANJUR – Ratusan nelayan di pantai selatan Cianjur, Jawa Barat, terpaksa mengentikan aktivitas melautnya. Hal itu dilakukan,  karena cuaca ekstrem sedang melanda perairan di daerah tersebut.

Selain itu saat ini, di tengah laut sering terjadi badai, sehingga sulit untuk mendapatkan ikan. Kendati demikian, masih ada sebagian kecil nelayan yang memaksakan diri tetap melaut. Namun aktivitas dilakukan tidak sampai ke tengah lautan lepas, karena cuaca yang tidak bersahabat. “Di penghujung tahun hasil tangkapan sekali melaut mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu. Saat ini hanya dua jenis ikan saja yang bisa didapat,” kata Uu (45), seorang nelayan di Jayanti, Cianjur, Selasa (25/12/2018).

Tangkapan nelayan untuk ikan jenis layur, dihargai Rp30.000 perkilogram, dan ikan Tongkol dihargai Rp35.000 sampai Rp40.000 perkilogram. “Saat ini, nelayan di Jayanti hanya mampu mendapat ikan 15 sampai 20 kilogram ketika sekali melaut, meskipun hasil tangkapan per satu kilogram ikan hanya dihargai Rp15.000 perkilogram,” katanya.

Harga dan hasil tangkapan yang tidak maksimal, tidak sebanding dengan biaya operasional melaut. Saat ini untuk melaut, harga bahan bakar mencapai Rp10.000 per liter. Sementara nelayan juga masih harus mengeluarkan biaya sewa kapal. “Per sekali melaut, tidak cukup 10 liter bahan bakar, tergantung jarak yang akan di tempuh ke tempat biasa menangkap ikan. Kadang hasil tangkapan hanya cukup untuk menganti operasional, mahal sering tekor,” katanya.

Setiap akhir tahun, hasil tangkapan ikan di Pantai selatan selalu menurun. Hal itu dipengaruhi berbagai faktor, termasuk cuaca dan paceklik. Menjelang akhir tahun, angin di tengah laut selalu kencang, dan menimnulkan gelombang tinggi. “Meskipun angin di tengah laut sangat kencang, mau hasilnya maksimal ataupun minim, saya harus melaut untuk menafkahi anak dan istri karena tidak memiliki keahlian lain,” pungkasnya. (Ant)

Lihat juga...