PON 2020, Ajang Unjuk Gigi Suvenir Papua

Ilustrasi - Foto Istimewa

JAYAPURA – Tokoh Papua, Syahmud Basri Ngabalin, berpendapat, pelaksanaan PON XX pada 2020 nanti, menjadi ajang untuk memperkenalkan dan menjual suvenir khas Papua, seperti lukisan kulit kayu, tas noken, ukiran Asmat dan batik Papua.

“Berbicara soal PON, maka kita bukan saja bicara soal bagaimana pembangunan infrastrukturnya, tetapi bagaimana memberikan efek yang luar biasa kepada masyarakat. Bagaimana kita bisa kenalkan dan menjual hasil karya masyarakat, seperti lukisan kulit kayu, noken hingga batik,” tuturnya, Jumat (2/11/2018).

Hanya saja, alumnus Universitas Satya Negara Indonesia itu mengaku, belum melihat adanya dukungan nyata dari pemerintah daerah terhadap produksi suvernir lokal. Seperti memberikan pelatihan dan pendampingan, bagaimana masyarakat bisa memproduksi secara masal, guna memenuhi permintaan pasar. Sementara penyelenggaraan PON tinggal menghitung hari.

“Dari kunjungan saya di dua tempat yang membuat batik di Abepura dan di Nafri, saya lihat mereka masih membuatnya dengan cara sederhana, bahan baku kain juga masih yang biasa dan didatangkan dari luar Papua,” katanya.

Jika bahan baku itu dibuat di Papua, sudah pasti ada kesinambungan antara industri rumah tangga membuat kain dan pembatik. “Ini hanya contoh saja, yang pembuat batik. Belum masyarakat yang buat lukisan kulit kayu, noken ataupun ukiran asmat yang begitu terkenal,” tandasnya.

Pemerintah sudah seharusnya mendorong adanya pembuatan suvenir atau oleh-oleh khas Papua. Keberadaanya bisa diproduksi secara masal, guna mengantisipasi permintaan saat PON XX nanti. Atlit ataupun pengunjung di perhelatan olahraga tingkat nasional itu, akan mencari hal-hal unik, sebagai buah tangan bagi keluarga ketika kembali kedaerahnya masing-masing. Jika hal itu tidak segera dilakukan, bukan tidak mungkin, pada saat pelaksanaan PON XX, suvenir dari luar Papua yang akan membanjiri lapak atau kios suvenir di berbagai daerah di Papua.

Lihat juga...