Pasar Malam, Omzet Penjualan Produk UMKM, Meningkat
Editor: Satmoko Budi Santoso
Suharti menyebut, penjualan melalui pasar malam kerap mendapatkan untung berlipat, namun juga kadang rugi. Kerugian diakuinya terjadi saat kondisi cuaca tidak mendukung dengan dominan hujan yang kerap dihindari saat penyelenggaraan pasar malam.
Pada pelaksanaan pekan pertama, ia kerap menjual kerajinan UMKM tersebut dengan harga yang tinggi. Namun menjelang terakhir kegiatan pasar malam ia kerap memberi diskon besar.
Strategi marketing tersebut kerap berhasil sehingga banyak barang dagangan laku sehingga ia tidak perlu membawa barang dagangan dalam jumlah banyak.
Sejumlah pernak-pernik hiasan keramik, diakui Suharti, dijual dengan harga mulai Rp10.000 hingga termahal Rp200.000. Vas serta pot keramik dari ukuran kecil hingga ukuran besar dijual dengan harga terjangkau.
Ia beralasan, pasar malam kerap dilakukan di lapangan kecamatan dengan sasaran masyarakat di pedesaan. Kondisi tersebut membuat ia menjual hiasan keramik dengan harga terjangkau agar barang dagangannya laku.

Penjual yang ikut dalam kegiatan pasar malam lain di antaranya penjual hiasan dinding berupa kaligrafi berbahan kulit kambing, sapi disertai pigura.
Alhasan (40), salah satu pedagang kaligrafi asal Bandarlampung menyebut, kerap berjualan di depan kantor pos besar Tanjungkarang sebagai tempat usaha pembuatan kaligrafi. Meski memiliki toko, ia menyebut, mengikuti pasar malam ke seluruh Lampung merupakan upaya meningkatkan penjualan.
“Sistem jemput bola dengan membawa dagangan pada pasar malam masih menjadi solusi untuk meningkatkan omzet,” beber Alhasan.