Partisipasi Perempuan dalam Politik Kebangsaan, Hak Konstitusional-Demokrasi

Peneliti senior LIPI Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA - Foto: Dok. CDN

Menurut dia, madrasah itu hadir langsung dari pikiran dan hati Kyai serta Nyai Ahmad Dahlan. “Oleh karena itu, para siswa-siswi dan alumni harus menyadari bahwa madrasah itu bukan sekadar institusi pendidikan yang biasa, tetapi mempunyai sejarah panjang dalam kehidupan sejarah Aisyiyah, baik untuk kepentingan umat maupun kepentingan bangsa,” katanya.

Direktur Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta, Agustyani Ernawati, mengatakan memasuki abad kedua Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Muhammadiyah mempunyai banyak tantangan.

Madrasah Mu’allimat sebagai sekolah perempuan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencerdaskan perempuan dalam hal keagamaan, intelektual, sosial, budaya, dan politik.

“Untuk itu, Madrasah Mu’allimat Yogyakarta selalu berusaha yang terbaik bagi persyarikatan, dan juga bagi Indonesia untuk mencerdaskan perempuan-perempuan melalui pendidikan dan banyak kegiatan,” kata Agustyani.

Menurut dia, memasuki abad kedua perjalanannya, sekolah puteri Mu’allimat bertekad mencetak Srikandi bangsa. Sekolah milik persyarikatan Muhammadiyah itu bertanggung jawab untuk mengasah pemikiran perempuan dan mencerdaskan perempuan melalui pendidikan.

“Kami tidak ingin puteri-puteri dan seluruh lulusan kami menjadi perempuan-perempuan yang berjiwa kerdil. Semuanya harus menjadi Srikandi bagi negara ini,” katanya.

Ia mengatakan Mu’allimat selalu berupaya meluluskan puteri-puteri yang memiliki lima kompetensi utama, yakni kompetensi dasar keilmuan, kepribadian, kecakapan, sosial kemanusiaan, dan kompetensi gerakan.

“Bukan hanya di kancah nasional, kami juga mengharapkan anak didik kami nantinya mampu berperan di ranah internasional.” kata Agustyani.

Lihat juga...