Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Indriya Purwaningsih -Foto: Kusbandono
JEMBER – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember, menyebut kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan oleh Pemerintah per 10 Oktober 2018, menjadi pemicu utama terjadinya inflasi di kabupaten setempat.
Sebelumnya, deflasi sebesar 0,05 persen yang ditunjukkan oleh penurunan indeks harga konsumen dari Agustus 2018 sebesar 129,38 persen, turun menjadi 129,32 persen pada September 2018.
“Kenaikan itu berpengaruh yang menjadi pemicu inflasi tertinggi di Kabupaten Jember dan berdampak juga pada sektor transportasi,” tutur Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Indriya Purwaningsih, kepada wartawan, Selasa (6/11/2018).
Chandra mengatakan, pengaruh inflasi lainnya disebabkan oleh naiknya cukai rokok secara bertahap yang dilakukan pemerintah. Sedangkan harga emas yang juga terus naik, disebabkan oleh perekonomian dunia yang lesu.
“Dalam data BPS, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami kenaikan sebesar 0,57 persen,” ucapnya.
Kabupaten Jember mengalami inflasi sebesar 0,24 persen pada Oktober 2018. “Inflasi ini dipengaruhi oleh beberapa komoditas, di antaranya bahan bakar minyak (BBM), daging ayam ras, jagung muda, rokok kretek filter, sawi hijau, cabai merah, dan emas perhiasan,” tambahnya.
Ia mengatakan, inflasi tersebut ditunjukkan dari kenaikan indeks harga konsumen (IHK) pada September 2018, sebesar 129,32 persen, naik menjadi 129,63 persen pada Oktober 2018.
Menurut Indri, ada tujuh kelompok yang mengalami inflasi pada Oktober 2018. Kelompok tertinggi adalah transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,57 persen.
“Inflasi terendah pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,01 persen,” ucapnya.
Indri mengatakan, inflasi year on year pada Oktober 2018 di Jember sebesar 3,19 persen. Angka tersebut lebih rendah dari inflasi year on year pada Oktober 2017 yakni sebesar 3,78 persen.
“Laju inflasi tahun kalender pada Oktober 2018 di Jember mengalami inflasi sebesar 2,17 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender Oktober 2017, yang mengalami inflasi sebesar 2,50 persen,” katanya.
Inflasi Jember pada Oktober 2018 sebesar 0,24 persen tersebut, meleset dari target Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jember yang mematok target inflasi di wilayah setempat, maksimal sebesar 0,18 persen.
Data BPS Jember menunjukkan selama 13 tahun terakhir pada bulan Oktober, dari 2006 hingga 2018, tercatat delapan kali inflasi dan lima kali deflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi pada Oktober 2007, sebesar 1,19 persen, dan deflasi terendah terjadi pada 2015, sebesar 0,05 persen.
Pada Oktober 2018, Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,19 persen dan nasional mengalami inflasi sebesar 0,28 persen. Semua kota di Jatim pada Oktober 2018, tercatat mengalami inflasi.
Laju inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang dan Kabupaten Sumenep, masing-masing 0,30 persen, diikuti Kabupaten Jember sebesar 0,24 persen, Kota Probolinggo sebesar 0,20 persen, Kota Madiun sebesar 0,18 persen, Kota Kediri sebesar 0,16 persen.
Kemudian Kota Surabaya sebesar 0,15 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Banyuwangi, sebesar 0,09 persen.