Minim Pengunjung, Tantangan Pengelola Homestay Desa Mandiri Lestari
Editor: Satmoko Budi Santoso
“Jadi kalau misalnya ada warga sini yang sedang hajatan, biasanya saudara mereka yang dari luar kota pesan kamar untuk menginap. Kalau tidak ya paling hanya peserta diklat yang kebetulan ikut pelatihan di SMK dekat sini. Mereka semua tahu di sini ada homestay hanya lewat mulut ke mulut. Jadi bukan dari promosi website koperasi,” ujarnya.
Slamet sendiri mengaku, tak memiliki kemampuan untuk memasarkan homestay miliknya lewat internet atau pun media sosial. Ia hanya mengandalkan promosi pada KUD maupun secara mandiri lewat cara paling tradisional yakni lewat mulut ke mulut atau biasa disebut gethok tular.

“Sebenarnya saya sudah menambah fasilitas kamar homestay dengan memasang perabot seperti meja kursi hingga TV. Namun karena pemasarannya kurang, maka ya masih sepi. Padahal kalau bisa berjalan hasilnya lumayan. Karena sekali sewa itu, kita bisa dapat Rp150 ribu per kamar per malam,” ungkapnya.