Konsisten Membatik, Masa Presiden Soeharto Dipanggil Orang Istana Negara
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Batik menjadi ciri khas dan karya kebanggaan bangsa Indonesia yang memang patut kita lestarikan kekayaan budaya tersebut.
Sri Yuliani, salah seorang pengusaha batik yang dari kecil ikut orangtuanya berbisnis batik hingga dewasa ia tetap konsisten pada batik, menjadi bukti kecintaannya pada budaya bangsa sendiri.
“Saya mengelola sendiri dan juga mendesain batik sendiri sejak 1987, “ kata Sri Yuliani kepada Cendana News, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Sri membeberkan batiknya berlabel ‘Sridjaja Batik’ adalah nama dari toko orangtuanya. “Saya besar di Solo dan ibu saya punya usaha batik di Pasar Klewer dan saya dari kecil memang sudah dibiasakan untuk membantu sejak SD di Pasar Klewer sampai akhirnya saya dapat mendesain batik sendiri, “ bebernya.
Tahun 1982, Sri menikah dengan orang Yogyakarta dan kemudian hijrah ke Yogyakarta pada tahun itu juga. “Karena biasa bekerja jadi ikut mertua saya tetap bekerja dengan mendesain lurik, “ ungkapnya.
Kemudian, lanjut Sri, ia mendapat pesanan batik dari Jepang tahun 1984 dan langsung memutuskan dirinya untuk mendesain sutra.
“Karena sewaktu SMA saya sudah sering berinteraksi dengan para pembatik sehingga begitu pindah ke Yogyakarta saya sudah punya pengrajin batik sendiri, dan dari situ berlanjut terus dengan pemesan batik dari Jepang,“ paparnya.
Pada tahun 1987, Sri mengaku didatangi orang-orang dari Istana Negara yang memantau batik buatannya. Tapi karena desain batik memang untuk pemesan dari Jepang, jadi tidak serta-merta memberikan batiknya pada orang-orang dari Istana Negara.
“Beberapa tahun kemudian sekitar tahun 1998 orang-orang dari Istana Negara datang lagi dan menawarkan saya datang ke Jakarta untuk ikut pameran coffee morning dan bazar,“ ujarnya.