Kisah Boneka Seni yang Mengais Rejeki di TMII
Editor: Mahadeva WS
“Seminggu ini, saya di area Theater Imax Keong Emas. Sepekan ke depan di Plaza Tugu Api Pancasila. Jadi, tugas kita menghibur pengunjung sudah diarahkan koordinator paguyuban boneka seni TMII,” jelasnya.
Menghibur anak-anak, adalah suasana suka yang bisa didapatkan dari pekerjaanya. “Sukanya bisa bikin anak-anak tersenyum senang, mereka minta berfoto. Begitu juga dengan pengunjung lainnya. Mereka suka kasih uang seiklasnya. Alhamdulillah rejeki saya,” ujar warga pintu 2 TMII, tersebut.
Sedangkan dukanya, kalau TMII sepi pengunjung. Hal itu diklaim, berpengaruh pada penghasilan yang diperoleh. Adapun kostum badut, para boneka seni membelinya sendiri, seharga sekitar Rp1,5 juta. Penghasilan yang didapat Erni tidak menentu setiap harinya. Kalau lagi rame, seperti di akhir pekan Sabtu dan Minggu atau hari liburan nasional, Erni bisa mendapat Rp100 ribu hingga Rp 200 ribu sehari. “Rejeki sudah ada yang mengatur. Saya bersyukur bisa menghibur orang, apalagi anak kecil. Saya ikhlas menjadi badut, sudah 15 tahun dijalani,” tandasnya.
Menjadi badut atau boneka seni, sebenarnya tidak mudah. Tapi dengan hati ikhlas, dibalik gemerlap TMII, profesi itu dijalani Erni dengan keceriaan. “Kita, boneka seni ini tidak digaji, ya penghasilannya dari menghibur ada yang ngajak foto, ngasih uang. Tapi kadang juga ada yang nggak ngasih, tapi kita iklas, semoga ini jadi amalan,” tandasnya.
Kostum kelinci yang dikenakan Erni, berbahan panas dan sangat berat. Sering membuat tubuhnya berkeringat. Tapi hal itu dinilai, bukan kendala, karena terhapus semangat untuk mencari rejeki membantu keuangan suami. “Suami saya kerja ngojek. Anak saya lima orang. Alhamdulillah yang tiga orang sudah lulus SMA dan bekerja. Yang keempat SMA dan si bungsu SMP. Jadi masih perlu biaya banyak,” tandasnya.