Karena, lanjut dia, titik berat peningkatan kerja sama pertahanan antar negara dan antar kawasan saat ini adalah suatu bentuk dan mekanisme kerja sama penanganan ancaman nyata yang aktual dan realistik khususnya ancaman terorisme.
“Sifat alamiah dari ancaman tersebut adalah tidak mengenal batas negara, tidak mengenal agama, tidak mengenal waktu serta tidak memilih korbannya. Indonesia berharap konsep ini dapat diselaraskan dengan konsep Trilateral Indomalphi dan kerja sama “Our Eyes” yang telah kita sepakati hari ini,” kata Ryamizard.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini juga menyarankan agar konsep ini juga dibahas pada level para Panglima TNI (ACDFM), secara rinci dan dengan waktu yang cukup agar didapatkan masukan yang komprehensif sebelum konsep ini maju ke tahap lebih lanjut.
“Saya menyarankan agar dibahas mendalam sesuai sirkulasi ADSOM/ADSOM Working Group,” ucapnya.
Pertemuan yang berlangsung pada 19-20 Oktober 2018 itu dihadiri sepuluh negara yang menjadi anggota ADMM, yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Serta delapan negara ADMM Plus, yakni Australia, China, Amerika, Jepang, India, Selandia Baru, Rusia dan Korea. (Ant)