Kemarau, Untungkan Petani Labu Madu
Editor: Mahadeva WS
LAMPUNG – Kemarau yang melanda Kabupaten Lampung Selatan, justru memberi keuntungan berlipat, bagi petani yang bisa menangkap peluang. Seperti yang dilakukan, Robiin (33), warga Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni.
Memanfaatkan lahan di lereng perbukitan Dusun Gubuk Seng, Robiin menanam labu madu (Cucurbita moschata). Buah tersebut di luar negeri dikenal dengan sebutan pumpkin butternut. Pertanian tersebut memanfaatkan aliran sungai Gubuk Seng. Budi daya melon madu tersebut, bermula dari pengalaman Robiin, saat tinggal di wilayah Serang, Banten.
Saat hijrah ke Lampung lima tahun silam, Robiin mencari lahan yang bisa digunakan untuk budi daya labu madu. Memiliki bekal sebagai petani melon, membuat ia tidak kesulitan dalam penyiapan lahan yang disewa, serta proses perawatan tanaman labu madu, yang masih jarang dikembangkan di Lampung.
Labu madu memiliki ciri khas fisik, menyerupai kacang tanah. Sementara buah labu umumnya berbentuk bulat atau oval. Warna kuning mentega pada kulit, membuat labu madu cukup menarik, dan kerap dimanfaatkan sebagai bahan kue, kosmetik. Daging buahnya cukup lembut, dengan rasa manis yang khas.
Khasiat kesehatan labu madu menjadikan permintaan buah tersebut semakin hari semakin meningkat. “Labu madu awalnya dikonsumsi kalangan menengah ke atas, karena harganya di atas labu biasa. Tapi sekarang, karena mulai banyak yang mengembangkan, harga bisa terjangkau dan bisa ditemui di sejumlah pasar tradisional,” terang Robiin saat ditemui Cendana News, Senin (8/10/2018).
Budi daya labu madu dilakukan Robiin dengan memanfaatkan lahan miring di atas sungai Gubuk Seng. Ia dan sejumlah petani hortikultura di wilayah tersebut, memanfaatkan mesin pompa air, agar bisa mengairi lahannya. Sementara, untuk mencegah longsor, penanaman labu madu dilakukan dengan menggunakan mulsa plastik pada bedengan, yang sudah digemburkan dan diberi pupuk kandang.