Aktivis HAM Filipina Selidiki Pembunuhan Sembilan Petani
BANGKOK — Kelompok-kelompok hak asasi manusia Filipina menyebut mulai menyelidiki pembunuhan sembilan petani yang menduduki perkebunan tebu, dan menambah tekanan atas pemerintah untuk melindungi lebih baik para pegiat lahan, pada Rabu (24/10/2018).
Dua anak di bawah umur termasuk di antara mereka yang dibunuh pada Sabtu malam di Provinsi Neegro Occidental, menurut Kepolisian Nasional Filipina, yang menyatakan sedang menyelidiki laporan-laporan bahwa sejumlah pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah para petani itu.
Tapi Federasi Nasional Pekerja Tebu (NFSW) –yang anggotanya adalah para petani yang tewas itu– dan kelompok-kelompok petani Kilusang Magbubukid ng Pilipinas (KMP) dan Karapatan, mengatakan mereka tidak mempercayai pihak berwajib untuk menyelidiki dengan tak memihak.
“Penyelidikan mereka akan mencari tidak hanya memeriksa fakta-fakta dari insiden itu, tetapi lebih penting lagi, untuk menempatkan pembantaian tersebut dalam konteks yang mengarah kepada mengapa peristiwa itu terjadi dan merekomendasikan cara-cara bagaimana akuntabilitas dapat diupayakan,” kata kelompok-kelompok tersebut dalam pernyataan.
NFSW mengatakan para petani itu telah melakukan penanaman kolektif (bungkalan) di lahan-lahan pertanian tidur yang mereka duduki.
“Bungkalan mencerminkan kegagalan program reformasi lahan pemerintah dan penolakan tuan tanah untuk membagi lahan kepada para peladang,” kata NFSW dalam pernyataan.
Lahan itu telah dialokasikan untuk dibagikan berdasarkan program reformasi agraria pemerintah tapi pemilik perkebunan telah menggunakan pasukan keamanan pribadi untuk mengintimidasi para petani, menurut NFSW. (Ant)