SOLO – Pemerintah Republik Indonesia, bergotong-royong untuk membuat mata uang rupiah kembali perkasa, menghadapi penguatan dolar Amerika Serikat (AS).
“Kami semangat gotong-rotong, salah satunya kalau dari Bank Indonesia menaikkan seven day reverse repo rate atau suku bunga acuan BI,” kata Kepala BI Kanwil Surakarta, Bandoe Widiarto, di Solo, Jawa Tengah, Senin (10/9/2018).
Instansi lain, yaitu Kementerian Keuangan, mengeluarkan kebijakan pengenaan pajak impor, dan Kemenko Perekonomian melakukan revisi terhadap proyek yang bukan prioritas.
“Proyek yang sekiranya membutuhkan bahan baku impor cukup tinggi, tetapi sifatnya bukan prioritas, akan dievaluasi,” katanya.
Selanjutnya, dikatakannya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga terus memantau kinerja perbankan.
“Yang utama adalah ada komitmen pimpinan nasional, yaitu Presiden Joko Widodo yang tahu persis apa yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini,” katanya.
Ia mengatakan, pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai konversi devisa hasil ekspor terhadap rupiah.
Ia menilai, langkah tersebut tepat diterapkan mengingat Indonesia menganut sistem devisa bebas.
“Kita tidak melakukan kontrol devisa, sehingga yang kami lakukan adalah mengimbau pemilik devisa dolar, agar melakukan konversi ke rupiah. Kami optimis, dengan begitu rupiah bisa di titik yang diharapkan,” katanya.
Ia mengatakan, bagi masyarakat yang ingin menukarkan mata uang rupiah ke dolar AS juga harus ada alasan pasti.
“Harus ada underline-nya, untuk apa. Kalau sifatnya hanya spekulasi tidak boleh,” katanya. (Ant)