Parahnya Pencemaran Sungai di Jakarta
Editor: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek untuk mengatasi pencemaran di sungai, termasuk Sungai Ciliwung.
Menurut Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI, Ali Maulana, kualitas air sungai di Ibu Kota mengkhawatirkan, meski secara kasat mata tampak membaik. Namun sebanyak 60% sungai di Ibu Kota masuk dalam kategori tercemar berat.
“Memang oke. Dari segi kasat mata kali atau sungai di Jakarta sudah oke, tapi ternyata berdasarkan kualitas air mengkhawatirkan,” kata Ali di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Kamis (13/9/2018).
Kemudian Ali mencontohkan Sungai Ciliwung, yang secara kasat mata terus membaik. Padahal, air di Sungai Ciliwung masuk kategori tercemar sedang. Jumlah bakteri echerichiacoli (e coli) di Ciliwung mencapai 40 ribu per mililiter, padalah baku mutunya hanya 1000 per milimeter.
Ali mengatakan, pencemaran yang terjadi di sungai disebabkan limbah permukiman, perkantoran, dan industri. Limbah yang menyumbang pencemaran terbesar adalah limbah rumah tangga. Limbah-limbah itu membuat kandungan air sungai di Jakarta mengandung bakteri e-coli.
“Jadi memang kelihatannya bagus buat berenang tapi sebenarnya kurang bagus untuk dikonsumsi,” kata dia.
Saat ini Pemprov DKI, lanjut Ali, tengah merumuskan rencana detail (road map) untuk mengatasi pencemaran sungai di Ibu Kota. Road map itu nantinya terdiri dari upaya jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Perumusan road map itu ditargetkan rampung pada akhir bulan ini.
“Saya kira bulan September ini harus selesai road map-nya,” pungkasnya.
Terdapat 20 sungai yang menjadi perhatian Pemprov DKI Jakarta kini. Sungai tersebut di antaranya adalah Ciliwung, Cipinang, Angke, Mookevart, dan Buaran.