Setelah menanam pohon, para tamu berpindah ke sawah di samping Balkondes untuk memetik daun tembakau dengan aturan hanya daun keempat dari bawah yang boleh dipetik. Para peserta sangat antusias memakai sepatu boots dan caping untuk mengikuti aktivitas tersebut, meskipun beberapa orang sempat menolak melakukannya karena tembakau telah dilarang Badan Kesehatan Dunia (WHO). Bahkan, badan PBB itu juga mengampanyekan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Salah satunya, Cosima Schenk dari Swiss, namun ia pun tergoda mencoba memetik daun tembakau itu dan berfoto.
“Mungkin pariwisata kelak akan membantu masyarakat ini untuk berhenti menanam tembakau,” kata Cosima setelah mendengar cerita bahwa sawah di Tuksongo hanya ditanami padi di musim hujan dan tembakau di musik kemarau karena harga jualnya yang tinggi.
Agenda berikutnya mengunjungi Sekolah Dasar Tuksongo 1 untuk melihat siswa-siswi SD bermain gamelan yang mulai diajarkan sebagai muatan lokal di SD tersebut. Delegasi ICW menumpang mobil VW dengan atap terbuka untuk menuju ke sana.
Setelah melihat aktivitas di SD tersebut, rombongan menuju Candi Borobudur untuk melihat keindahan candi secara dekat dan ditutup dengan makan siang bersama anggota delegasi yang menginap di 18 Balkondes lain.
Hampir semua anggota delagasi yang menginap di Balkondes Tuksongo menyampaikan kebahagiaan mereka dapat mengikuti program kunjungan sehari tersebut.
“Ini tempat yang bagus, banyak aktivitas yang bisa kami lakukan di sini. Kami akan kembali ke sini dengan mengajak saudara dan teman kami,” kata Maureen Oborn, anggota ICW dari Australia yang membawa serta suaminya, Richard Oborn, untuk menikmati kunjungan ke Balkondes Tuksongo.