Petani Kedelai Hitam di Kulonprogo Alami Penurunan Hasil Panen

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

YOGYAKARTA — Memasuki masa panen raya kedelai saat ini, tak semua petani di Kulonprogo merasakan hasil panen yang melimpah. Faktor cuaca, lokasi lahan pertanian, hingga tingkat kesuburan tanah dan perbedaan perawatan masing-masing petani terhadap tanaman diduga menjadi penyebab.

Hal itu seperti dialami salah seorang petani kedelai asal desa Brosot, Galur, Kulunprogo, Sudi Utomo. Kedelai hitam yang biasa digunakan untuk bahan baku kecap yang ia tanam mendapatkan hasil yang kurang maksimal.

Dari lahan pertanian seluas 2.100 meter persegi, ia hanya mampu memperoleh 3,5 kuintal. Jumlah tersebu menurun dibandingkan hasil panen tahun sebelumnya yang mencapai 4,5 kuintal lebih.

“Perbandingan bibit dan hasil panen, tahun ini menurun. Tahun lalu 1 kilo bibit kedelai dapat menghasilkan 4,5 kilo kedelai. Sekarang turun hanya 3,5 kilo saja,” ujarnya kepada Cendana News, Senin (12/08/2018).

Dari sisi fisik, pertumbuhan kedelai, dikatakan Sudi, secara umum terlihat memang tidak sebagus tahun lalu. Dimana batang daun hanya mampu tumbuh mencapai ketinggian sekitar 60 centimeter. Padahal biasanya mencapai satu meter.

“Kemungkinan disebabkan karena kondisi cuaca. Tahun lalu masih ada hujan, sekarang sama sekali tidak ada. Selain itu banyak tanaman yang terserang hama serangga,” katanya.

Salah seorang petani kedelai, Sudi Utomo, asal desa Brosot, Galur, Kulunprogo. Foto: Jatmika H Kusmargana

Dibanding kedelai putih yang biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan tahu dan tempe, harga kedelai hitam, dikatakan Sudi, memang sedikit lebih tinggi. Hal itu sesuai dengan tingkat kesulitan proses penanaman.

Lihat juga...