Kemarau, Produsen Kopra Peroleh Keuntungan Berlipat
Editor: Satmoko Budi Santoso
Selain hasil utama pembuatan kopra dari daging kelapa yang dijemur, bahkan limbah pembuatan kopra masih bisa bernilai ekonomis tinggi. Limbah tersebut bisa menghasilkan uang lebih cepat dibandingkan kopra yang dibuat.
Setelah daging kelapa kering menjadi kopra, proses penyimpanan di gudang kering menunggu jumlah kopra mencapai satu ton bahkan lebih. Sebelum kopra dikirim ke pabrik menunggu waktu tiga pekan, pekan pertama dirinya sudah bisa mendapatkan uang dari menjual serabut kelapa, air kelapa, dan batok kelapa. Sistem deposit, diakuinya, dilakukan dengan membayar terlebih dahulu sebelum proses pengambilan limbah.
“Saya menyebutnya uang tanda jadi, sebelum proses pengambilan serabut, air, serta batok kelapa. Pembeli sudah menyetor uang kepada saya, sisanya dibayar saat pengambilan berikutnya,” beber Mansuri.
Hasil penjualan limbah tersebut, menjadi sumber pendapatan yang bisa dipergunakan membayar karyawan dengan upah sekitar Rp100 ribu per hari. Ia menyebut, produsen kopra yang hanya mengandalkan hasil penjualan kopra dipastikan akan gulung tikar.
Faktor tersebutlah yang membuat dirinya memanfaatkan setiap limbah pembuatan kopra disamping menjual hasil utama kopra.
Dari hasil serabut kelapa per bulan, ia mengaku, bisa mendapatkan Rp500 ribu, air kelapa bisa mencapai Rp500 ribu, batok kelapa bisa mencapai Rp500 ribu. Sementara, hasil penjualan kopra dengan target dikirim ke pabrik setelah jumlah mencapai 2 ton dengan harga per kilogram Rp1.200, dirinya bisa mendapatkan uang sekitar Rp2,4 juta.
Berkat musim kemarau ia bisa mendapatkan keuntungan sampingan dari liimbah pembuatan kopra yang nyaris menyamai hasil kopra.