Kemarau, Produsen Kopra Peroleh Keuntungan Berlipat

Editor: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Musim kemarau yang melanda wilayah Lampung Selatan berimbas berkurangnya pasokan air bersih, kekeringan lahan pertanian, namun justru berdampak positif bagi usaha pembuatan kopra. Daging kelapa pun lebih mudah dan cepat dikeringkan selama musim kemarau.

Kondisi tersebut dibenarkan oleh Hendra (36) warga Dusun Penegolan, Desa Hatta, Kecamatan Bakauheni, yang enam tahun lebih menjadi pembuat kopra.

Selama musim kemarau, Hendra menyebut, memperoleh sejumlah keuntungan dari kopra, limbah pembuatan kopra serta efisiensi waktu penjemuran. Keuntungan pertama dari sabut kelapa hasil pengupasan, bisa dijual limbah sabut kelapa seharga Rp20 ribu untuk ukuran satu mobil L300.

Kedua, air kelapa yang disimpan di jerigen bisa diperoleh Rp5 ribu untuk satu jerigen berukuran 20 liter. Ketiga, batok kelapa yang cepat kering juga bisa dijual Rp30 ribu per karung.

Proses pencungkilan kopra yang sudah dipecah dan dijemur hingga layu untuk selanjutnya dikeringkan menghasilkan limbah batok kering yang memiliki nilai jual tinggi [Foto: Henk Widi]
Selama musim kemarau dengan rata-rata kelapa dibeli dari petani hingga ribuan butir, dirinya bisa mendapatkan beberapa mobil serabut kelapa. Serabut kelapa tersebut, dibeli oleh pabrik pengolahan serabut untuk pembuatan bantalan kursi dan pupuk dari cocopeat (butiran serabut kelapa) untuk diekspor.

Air kelapa yang dihasilkan mencapai ratusan liter dipesan oleh produsen pembuat nata de coco atau agar-agar berbahan kelapa. Batok kelapa digunakan untuk bahan pembakaran sate serta pembuatan briket arang kelapa.

Lihat juga...