Infrastruktur Pariwisata di Sumba, Butuh Perhatian

Ilustrasi - Kawasan wisata pantai - Dok CDN

Selain tidak ada akses jaringan komunikasi, infrastrukur jalan ke pantai itu pun berlubang-lubang. Saat malam dengan gelap gulita yang menyergap karena ketidaan lampu penerangan jalan, membuat suasana menakutkan bagi mereka yang ingin ke hotel itu untuk menginap.

Akibatnya, waktu tempuh ke hotel yang hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari kota itu pun lebih lama sekitar 25-30 menit karena kondisi jalan yang berlubang-lubang.

“Hotel ini sangat indah karena berada di tepian pantai, tetapi sayang sekali karena tidak ada jaringan telepon, apalagi internet. Perjalanan menuju hotel juga membosankan, karena kondisi jalan,” kata Geradus Manyela, wartawan harian Pos Kupang di Hotel Mario Sumba Barat Daya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT, Andre Koreh, mengakui kekayaan destinasi wisata daerah itu belum didukung penyediaan infrastruktur jalan yang memadai.

“Bicara pariwisata harus didukung infrastruktur yang baik. Pemerintah baru menggarap dua kawasan. Kesulitannya tidak ada kepastian pemanfaatan ruang. Tidak ada rencana tata ruang secara detail atau terperinci. Ini yang membuat daya saing lemah,” kata dia.

Menurut dia, NTT bisa mengembangkan kawasan budi daya menjadi destinasi wisata, seperti hutan produksi, kawasan pariwisata alam, budaya, dan buatan.

Tetapi karena infrastruktur tidak memadai, maka destinasi wisata itu tidak bisa dikembangkan.

“Orang mau berkunjung ke objek wisata kalau aman dan nyaman. Kalau objek bagus, jalan jelek, dia datang sekali dan tidak akan kembali lagi,” ujarnya.

Andre mengatakan, pemerintah provinsi tidak bisa berbuat banyak karena alokasi anggaran untuk pembangunan jalan sangat kecil dan juga soal kewenangan.

Lihat juga...