Infrastruktur Pariwisata di Sumba, Butuh Perhatian
Jumlah kunjungan ini mulai meningkat menjadi 16.971 orang pada Mei 2018 dan menjadi 18.838 orang pada Juni 2018.
Di pulau ini pula cukup tersedia fasilitas hotel, bahkan ada hotel berkelas dunia, yakni Hotel Nihiwatu.
Namun, khusus untuk Hotel Nihiwatu, para wisatawan harus merogoh kocek yang dalam, karena harganya yang sangat mahal hingga mencapai ratusan juta rupiah untuk menginap semalam.
Hanya saja, infrastruktur pendukung seperti akses jalan, penerangan, air bersih, serta telekomunukasi dan internet belum sepenuhnya mendukung sehingga wisatawan merasa kurang nyaman.
Para wisatawan tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia luar, saat berada di lokasi-lokasi wisata maupun hotel-hotel tertentu di wilayah itu.
Di Hotel Mario misalnya. Di hotel yang terletak di bibir Pantai Kita Manangga Aba, Desa Ramadana, Kecamatan Loura, sekitar 10 kilometer dari pusat ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya, tidak ada jaringan telepon maupun internet.
Akses jalan pun berlubang-lubang dan berdebu, sedangkan pada malam hari gelap gulita karena tidak ada penerangan.
Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi NTT Abed Frans mengatakan pemerintah perlu membangun fasilitas, terutama akses jalan menuju lokasi-lokasi wisata.
“Utama adalah akses jalan untuk memudahkan transportasi bagi wisatawan yang akan berkunjung ke objek-objek wisata, selain air bersih dan penerangan,” katanya.
Menurut dia, tidak semua wisatawan membutuhkan akses komunikasi karena tidak ingin diganggu saat liburan.
Akan tetapi, semua sarana dan prasana pendukung pariwisata, seperti jalan, air bersih, komunikasi, dan penerangan adalah hal penting yang harus disiapkan pemerintah untuk mendukung kemajuan pariwisata di suatu wilayah.