IBU KAMI 12 BULAN DALAM KANDUNGAN
Oleh: Siti Hardiyanti Rukmana
Sembilan puluh lima (95) tahun yang lalu, tepatnya tanggal 23 Agustus 1923, lahirlah seorang bayi perempuan yang oleh Romo-Ibu nya diberi nama, Siti Hartinah.
Beliaulah ibu kami tercinta. Ibu merupakan sosok idola kami, baik sebagai seorang anak, sebagai istri, sebagai ibu, sebagai kawan maupun sebagai anggota masyarakat.
Mungkin tidak banyak yang tahu ada cerita yang unik tentang ibu kami.

Sebelum saya bercerita, saya mohon maaf, karena hampir seluruh pembicaraan, kami lakukan dalam bahasa Jawa. Untuk memudahkan mengikuti alur cerita, saya langsung terjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Suatu hari saya bersama ibu dan eyang putri (ibunya ibu), sedang duduk-duduk sambil saya membaca koran. Ada berita yang buat kami, kaum wanita, agak berbeda.
“Bu, ini ada berita, seorang ibu hamil 10 bulan lebih, anaknya baru lahir. Apa nggak berat ya bu?”
“Apa iya tho wuk. Biasanya, kalau sudah sembilan bulan, nggak lahir-lahir, kan dokter langsung ambil tindakan operasi Caesar,” kata ibu.
“Mungkin ini karena di desa bu, jadi ya nunggu sampai si bayi keluar,” saya memberi argumentasi.
Tiba-tiba eyang putri yang tadinya hanya kendel (diam) mendengarkan, ngendiko (bicara): “10 bulan lebih itu masih sebentar wuk. Ibumu itu, tidak mau keluar-keluar, betah di perut eyang.”
“Betah kados pundi (bagaimana) tho eyang. Apa eyang mengandung ibu 11 bulan,” saya memotong pembicaraan eyang dengan sedikit bingung dan sok tahu menebak-nebak, he… he…
Di luar dugaanku eyang menjawab lain: “Wooo luwih (lebih) wuk. Ibumu itu tinggal di perut eyang 12 bulan. Pas satu tahun, baru mau keluar dari perut eyang.”