Hubungan AS-Turki Semakin Panas Akibat Pemberlakuan Tarif Logam
WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan tarif impor logam dari Turki, pada Jumat (10/8/2018), sehingga membuat hubungan kedua negara itu semakin panas.
Kebijakan itu membuat pasar finansial di Turki terus bergolak, mengingat Washington belum pernah memberikan tekanan ekonomi begitu besar terhadap sesama sekutu NATO.
Sambil mengecam hubungan Amerika Serikat dengan Ankara, Trump mengatakan telah menandatangani kenaikan dua kali lipat bea masuk aluminum dan baja dari Turki menjadi 20 persen dan 50 persen.
Kedua negara itu dalam beberapa bulan belakangan bertengkar akibat penangkapan seorang pastor asal Amerika Serikat di Turki. Selain itu, mereka juga berbeda sikap mengenai perang di Suriah.
Kebijakan terbaru Trump membuat mata uang lira jatuh dan menyebabkan kepanikan di kalangan pelaku pasar saham. Nilai lira anjlok hingga 20 persen pada Jumat terhadap dolar AS.
Bahkan, sebelum Trump mengumumkan kebijakannya, Presiden Turki Tayyip Erdogan sudah meminta warganya untuk menukarkan emas dan dolar yang mereka punya, sebagai bagian dari cara melawan “perang ekonomi.”
“Saya baru saja mengesahkan kenaikan tarif baja dan aluminium dari Turki sebesar dua kali lipat. Mata uang mereka turun tajam terhadap dolar kami yang semakin berjaya,” kata Trump pada Jumat pagi di Twitter-nya.
Tarif terhadap aluminum, lanjutnya, kini akan menjadi 20 persen sementara baja 50 persen. Hubungan kami dengan Turki saat ini sedang tidak baik.
Amerika Serikat, yang merupakan pengimpor baja terbesar di dunia, pada Maret lalu juga memberlakukan tarif sebesar 25 persen untuk baja dan 10 persen untuk aluminum dari beberapa negara.