Produksi Gula Merah di Lamsel Mengandalkan Modal Tengkulak
Editor: Mahadeva WS
Ketergantungan pada tengkulak juga dialami oleh Adoniah (40), warga Dusun Kayu Tabu, Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni. Adoniah bersama belasan pembuat gula bahkan sudah mengandalkan modal dari tengkulak sejak puluhan tahun silam untuk menjalankan usaha pembuatan gula merah.
Meski ada alternatif pinjaman berupa Kredit Usaha Kecil (KUK) dari sejumlah bank, Adoniah menyebut salah satu kendala mendapatkan pinjaman dari bank adalah jaminan. Sebagai warga yang menumpang hidup di lahan orang lain, Dirinya dan sang suami tidak memiliki sertifikat tanah. “Kendaraan bergerak seperti motor kami tidak punya jalan satu satunya meminjam dari tengkulak,” beber Adoniah.
Meski hasil produksi gula akan dijual ke tengkulak, Adoniah menyebut, tidak khawatir gula tidak laku. Ia juga tidak harus dipusingkan biaya distribusi gula merah yang kerap dikirim ke wilayah Cilegon dan Tangerang. Proses cepat dan tanpa syarat sulit membuat sistem pinjaman tengkulak masih dipertahankan.
Marwan (bukan nama sebenarnya), salah satu tengkulak sekaligus Warga Kelawi menyebut, ia tetap memberi pinjaman kepada pembuat gula merah. Modal diberikan saat melalukan penyewaan lahan pohon kelapa, membeli peralatan pengolahan dan sejumlah kebutuhan mendesak.
Sebagai pemilik modal, Dia yang disebut tengkulak sejatinya merupakan pengepul gula dan hasil pertanian. Kepada pembuat gula yang merupakan para tetangga, Dia tidak membungakan pinjaman dengan catatan angsuran dibayar secara rutin. Bantuan modal diberikan untuk menghindari warga yang menganggur dan diberi kesempatan menjadi produsen gula merah.