Petani Kelapa di Sultra Kembali Bergairah

Ilustrasi - Kelapa -Dok: CDN

KENDARI  – Petani kelapa di sejumlah sentra produksi Sulawesi Tenggara kembali bergairah memanen komoditas tersebut menyusul kenaikan harga kopra belakangan ini.

“Kalau beberapa bulan lalu, kami cuek dengan kelapa yang sudah siap panen, karena harga kopra tidak bisa menutupi biaya pengolahan, maka kini tidak lagi,” kata petani kelapa La bey (33) melalui telepon dari Buranga, Kabupaten Buton Utara, Minggu.

Menurut dia, dalam dua pekan terakhir, harga kopra mencapai sekitar Rp500 per kilogram atau naik dari harga kopra di tingkat penampung Kota Bau Bau yang bermitra dengan industri dari Surabaya, yang hanya sekitar Rp400 per kilogram.

Saat harga kopra melemah, lanjutnya, buah kelapa dibiarkan rusak dan petani beralih menjadi buruh kerja kasar di sejumlah proyek daripada mengolah kopra.

“Program pembangunan desa, yang melibatkan warga setempat, menjadi pengganti pendapatan petani kopra. Ada pula yang merantau mencari pekerjaan di luar daerah,” kata pedagang pengumpul La Sari (22).

Sementara itu, petani kelapa di Konawe Selatan, Asnain (38) mengatakan saat harga kopra turun drastis, maka menjual kelapa muda lebih menjanjikan daripada kopra karena tanpa biaya pengolahan.

“Kalau mengolah kopra dengan harga Rp400 per kilogram tidak ada manfaat yang diterima petani. Kalau ada pedagang pengumpul kelapa kami jual, walaupun harga Rp3.000 per buah daripada rusak,” katanya.

Wakil Ketua DPRD Konawe Selatan Hapsir Jaya mengatakan badan usaha milik daerah (BUMD) diharapkan memfasilitasi kehadiran pengusaha industri kopra.

“BUMD dapat membangun jaringan bisnis dengan industri pengguna bahan baku dari kopra, seperti Bimoli, pabrik kecap dan industri sabun untuk menampung kopra,” kata politisi Partai Gerindra itu.

Lihat juga...