Pembibitan Bawang Merah, Tekan Biaya Produksi 50 Persen
Editor: Satmoko Budi Santoso
YOGYAKARTA – Sebagai upaya mengatasi persoalan ketersediaan bibit bawang merah, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta memperkenalkan sistem baru pembibitan bawang merah dengan menggunakan benih asal biji atau True Shallot Seed (TSS) pada para petani di DIY.
Upaya tersebut dilakukan dengan menjalankan introduksi sekaligus diseminasi inovasi teknologi TSS dalam sistem produksi bawang merah di sejumlah wilayah di DIY salah satunya di Trisik, Banaran, Galur, Kulonprogo dan Srigading Sanden Bantul.
Peneliti BPTP Yogyakarta, Ir Sutardi MSi mengatakan, penggunaan TSS dalam pembibitan bawang merah memiliki sejumlah keunggulan. Diantaranya memperkecil kebutuhan benih, memperpanjang masa penyimpanan benih menjadi lebih lama hingga 1-2 tahun, serta menjadikan benih lebih tahan terhadap penyakit.

“Penggunaan bibit bawang merah asal biji (TSS) ini dapat menghemat biaya produksi, karena benih yang dibutuhkan jauh lebih rendah. Hanya 3-4 kilogram per hektar. Sedangkan kebutuhan benih umbi mencapai 1,2 ton per hektar,” katanya saat acara pindah tanam bibit bawang merah asal biji TSS, di Bulak Jeronan, Trisik, Banaran, Galur, Kulonprogo, Selasa (24/07/2018).
Dari uji coba di dua lokasi tersebut, penerapan teknologi penggunaan bibit bawang merah asal biji (TSS) dikatakan berhasil. Dimana lahan seluas masing-masing 1 hektar mampu menghasilkan benih siap tanam di umur 25-35 hari. Yakni dengan menggunakan sistem persemaian.
Salah seorang petani asal Trisik, Banaran, Galur, Kulonprogo Ngatimin, mengakui manfaat penggunaan sistem baru pembibitan bawang merah dengan menggunakan benih asal biji (TSS). Dimana teknologi tersebut mampu menghemat biaya pembibitan hingga mencapai 50 persen lebih.