Maman Sukses Pasarkan Kendang Hingga Luar Negeri

Editor: Mahadeva WS

Dalam pembuatan kedang, Maman mengaku tidak mendapati kesulitan. Berbekal jiwa seniman semasa bermain reog, Maman mampu membedakan kualitas kayu dan kulit yang bagus untuk dijadikan kendang. Bahan kayu ia dapatkan dari sejumlah daerah sekitar di Solo hingga ke perbatasan Jawa Timur, seperti Bloro, Ngawi, Ponorogo, hingga Pacitan. Sementara untuk kulit sapi, diambil dari Yogyakarta dan Magelang.

Proses pembuatan gendang dimulai dengan memotong kayu dan dilubangi dengan menggunakan mesin bubut. Potongan kayu selanjutnya dipahat hingga membentuk sebuah kendang. Proses berikutnya adalah  proses pengeringan kayu dengan di jemur di bawah sinar matahari. “Setelah kering baru proses menghaluskan permukaan, mengukir serta memplitur. Setelah kering baru dirakit dengan menggunakan bahan kulit sapi atau kerbau,” tuturnya.

Satu unit kendang berbahan kayu mahoni ukuran kecil berdiamete 16-19 cm dan panjang 45 cm dijual Rp500.000. Sedangkan ukuran sedang berdiamter 19-24 cm panjang 68 cm dihargai Rp1.500.000. Untuk yang besar dengan diameter 24-31 cm dan panjang 75 cm dijual Rp4,5 juta.

Harga kendang selain ditentukan besar kecilnya ukuran juga bahan kayu yang digunakan. “Kalau untuk kayu nangka jauh lebih mahal, karena selain sulit menemukan, kualitas suara juga lebih bagus,” urai pria yang memiliki empat pegawai itu.

Selama hampir lima tahun mengembangkan usaha pembuatan kendang, Maman mengaku sudah memiliki pelanggan tersendiri. Pasar lokal yang biasa dikirimnya diantaranya mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, hingga Flores. Sementara pasar luar negeri, dari Malaysia, Inggris hingga Jepang.

Lihat juga...