Keunikan Rumah Adat Simalungun

Editor: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Di Anjungan Sumatera Utara Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tampil enam buah bangunan rumah adat. Diantaranya, rumah adat Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, dan Melayu.

Sebelah kiri pintu masuk anjungan ini, tersaji Jabu Bolon Simalungun atau rumah adat Simalungun. “Rumah adat ini dihuni raja suku Batak Simalungun di daerah Permatang Purba,” kata pemandu anjungan Sumut, Gundi kepada Cendana News, Jumat (27/7/2018).

Tampilan rumah adat ini disanggah oleh tiang-tiang tegap berbahan kayu jati dan balok-balok penghubung mendatar. Balok-balok itu disusun memanjang dan melebar berselingan setinggi kurang lebih 2 meter.

Pemandu Anjungan Sumatera Utara TMII, Gundi. Foto : Sri Sugiarti.

Terasa unik memandang bangunan khas Simalungun dengan hiasan berupa cicak dan kepala kerbau di atap rumah.

“Cicak melambangkan kebijaksanaan, sedangkan kerbau bermakna keberanian, kebenaran dan untuk menangkal roh-roh jahat,” jelas ayah dua anak ini.

Keunikan lainnya, yakni di atas pintu rumah adat ini tertulis “Habonaroan do Bona”, yang bermakna kebenaran adalah utama dalam kehidupan.

Menurut Gundi, kalimat tersebut merupakan tuntutan perilaku kehidupan masyarakat Batak Simalungun yang mengajarkan nilai-nilai luhur Tuhan Yang Maha Esa, hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan manusia dengan alam semesta.

Rumah adat Simalungun di Anjungan Sumatera Utara TMII, Jakarta. Foto : Sri Sugiarti.

Memasuki ruangan, bagian depan disebut lopou. Yakni, ruangan yang dipergunakan raja untuk menjamu tamunya. Sedangkan ruang belakang adalah khusus untuk raja dan keluarganya.

Lihat juga...