Ekonomi Syariah Indonesia Tertinggal Negara Asia

Editor: Satmoko Budi Santoso

Menteri Pariwisata, Arief Yahya (kedua dari kiri) pada High Level Discussion : Indonesia Pusat Ekonomi Islam Dunia" di Gedung BAPPENAS, Jakarta, Rabu (25/7/2018). Foto : Sri Sugiarti.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya menambahkan, banyak daerah yang ragu untuk mengelola wisata halal. Padahal bisa mencontoh NTB, yang sebelumnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) tercatat 1 juta. Jumlah tersebut juga tidak lepas dari limpahan wisatawan yang berkunjung Bali.

Seperti, kata dia, banyak wisatawan asing yang datang ke kawasan Senggigi Tiga Gili di Kabupaten Lombok Barat dari Pelabuhan Padang Bai di Bali menggunakan kapal cepat. Begitu pulq yang berkunjung ke Pulau Moyo di kawasan Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa.

“Wisman ke NTB itu limpahan dari Bali. Makanya ada sindirian NTB itu “Nasib Tergantung Bali. Tapi sekarang tidak lagi, wisman yang berkunjung ke NTB meningkat drastis,” kata Arief.

Disampaikan dia, tambahan 400 ribu wisatawan itu karena keberhasilan NTB meraih juara World Halal Tourisme Award (WHTA) 2016.Komitmen NTB untuk mengembangkan wisata halal tidak menurunkan wisman apalagi wisatawan nusantara (wisnu).

“Wisman naik 40 persen, saya kaget pertumbuhannya sangat tinggi. Kalau tahun 2015 kunjungannya 1 juta, pada 2016 menjadi 1,4 juta. Wisnu dari 1 juta naik jadi 1,6 juta, naiknya hampir 50 persen. Ini menunjukkan halal itu life style yang berdampak peningkatan ekonomi,” ujarnya.

Untuk wujudkan wisata halal, maka kata Arief, yang harus dilakukan adalah standar untuk
mengkalibrasi. Apakah yang kita lakukan itu sudah sesuai atau belum dengan standar dunia. Kalau rangking kita tinggi akan menambah potensi di dalam negeri dan meningkatkan kredibilitas.

“Kalau lihat wisata halal di Indonesia, tidak bisa ngalahin Thailand, negara ini sudah rangking 2 dunia. Tapi kemenangan itu direncanakan, mana yang bisa kita perbaiki,” pungkasnya.

Lihat juga...