Saling Membutuhkan
(Oleh: Siti Hardiyanti Rukmana)
“Iya ya bu, kalau nggak ada mereka, repot juga kita dan pasti capek sekali,” mulai mengerti yang dimaksud ibu.
“Jadi sebenarnya kita juga butuh mereka, bukan mereka saja yang membutuhkan kita. Ini yang disebut saling membutuhkan. Mereka sekarang tinggal di rumah kita, jadi mereka juga menjadi anggota dari rumah ini, berarti juga saudara kita. Jadi kalau nyuruh jangan teriak-teriak, jangan marah-marah … suruhlah dengan baik-baik.”
“Bu, kata temenku pembantunya itu kalau ditimbali (dipanggil) suka nggak mau datang, padahal sudah diteriakin kenceng sekali.”
Ibu berkata sambil memandang saya, “Mungkin karena kesalahan majikan, kurang menghargai mereka, memperlakukan mereka dengan kasar, akhirnya mereka jadi berontak hatinya, dipanggil pura-pura nggak denger. Kamu nggak boleh seperti itu. kalau kamu ingin orang lain baik padamu, ya berbuat baiklah dengan orang lain.”
“Iya bu,” saya jawab sambil ngucek-ngucek baju pakai sabun.
Sementara sambil menggilas pakaian dengan sabun di papan gilasan, ibu melanjutkan pituturnya kepada saya : ”Wuk, di hadapan ALLAH itu semua sama, yang membedakan bukan jenis pekerjaan kita atau kedudukan kita, yang membedakan adalah ibadah dan amal sholeh kita. Kalau kita berbuat baik dengan orang lain, maka itu akan menjadi catatan kebaikanmu di hadapan-NYA.”
*
Saya sangat mengagumi ibuku, karena apa yang ibu lakukan ini tetap dilakukan sampai akhir hayatnya. Walaupun beliau menjadi pendamping bapak sebagai “Ibu Negara”, setiap hari minggu bila tidak ada acara, ibu selalu mencuci pakaiannya sendiri, terutama kain batiknya.
“Ibu sayang…, sekarang aku merasakan betapa besar pengaruh ajaran ibu pada diriku. Ajaran ibu sepintas terlihat sangat sederhana, namun di balik semua itu mengandung satu pelajaran yang sangat tinggi dalam menempa mental kita untuk selalu berbuat baik dan menghargai orang lain.