Curah Hujan Tinggi Nelayan Sulteng Tidak Melaut
KENDARI – Curah hujan tinggi sepekan terakhir di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengakibatkan sebagian nelayan dan pemilik kapal penampung ikan di wilayah tersebut tidak melaut. Nelayan takut merugi jika nekat tetap melaut.
“Pengalaman kami (nelayan) hasil tangkapan saat musim hujan menurun drastis sehingga sebagian nelayan urung melaut. Daripada merugi operasional bahan bakar lebih baik menunda melaut,” kata nelayan pengumpul H. Bolong (48) di Kendari, Senin (25/6/2018).
Meskipun demikian, masih ada nelayan dan pengumpul yang tetap nekat melaut. Hal itu membuat pasokan ikan di pelelangan maupun di pasar-pasar masih terjamin meskipun mengalami penurunan. Mengisi waktu tidak melaut, nelayan memilih merawat alat tangkap pukat yang robek, merawat bodi kapal yang bocor dan lampu agar tidak ada keluhan ketika melaut nanti.
Nelayan pancing tradisional Kamaruddin (34) mengatakan, selain cuaca tidak mendukung, yang menjadikan nelayan tidak melaut karena masih suasana lebaran. “Sebagian nelayan maupun anak buah kapal baru menikmati mudik lebaran. Alhamdulillah sudah menjalani puasa dan lebaran bersama keluarga. Beberapa hari ke depan memikirkan melaut agar ada pemasukan,” katanya.
Informasi yang dihimpun dari pasar pelelangan ikan Kendari dan pasar tradisional Anduonohu menyebutkan, harga penjualan ikan segar masih tinggi karena stok terbatas karena cuaca tidak bersahabat. “Mahal ikan pak karena jatah dari bos kapal dikurangi. Biasanya memang kalau cuaca tidak bagus harga ikan naik,” kata pengecer ikan pasar Anduonohu, Sewang (36).
Harga ikan cakalang Rp65 ribu perkilogram naik dari harga normal Rp40 ribu perkilogram. Ikan baronang Rp70 ribu perkilogram naik dari harga normal Rp55 ribu perkilogram, harga ikan putih Rp75 ribu sampai Rp85 ribu perkilogram dan penjualan ikan layang Rp35 ribu perkilogram atau naik dari harga normal Rp25 ribu sampai Rp30 ribu perkilogram. (Ant)