Tabur Puja Tunas Mandiri Berencana Dirikan Koperasi
Editor: Mahadeva WS
“Saya optimis, kalau cara itu diterapkan, kemungkinan besar tidak ada yang menunggak. Karena di kawasan Sentra Bawang Merah ini, perputaran uangnya per hari. Tapi di Tabur Puja saya tidak bisa menerapkan hal itu,” ungkapnya.
Di Tabur Puja telah ada aturan dan mekanisme pengajuan pinjaman modal usaha, dan jumlah pimjaman yang diberikan. Untuk pinjaman awal Rp2 juta, kemudian secara bertahap akan dinaikan menjadi Rp3 juta, Rp4 juta, dan barulah sampai ke angka Rp5 juta.
Namun untuk mencapai jumlah yang besar itu, butuh proses yang panjang, dan harus menjalani tahap demi tahap peminjaman. Berdasarkan pemetaan lokasi yang merupakan kawasannya Kelompok Tabur Puja Tunas Mandiri, ekonomi masyarakat yang ada didaerah setempat bukan hanya sebagai petani. Tetapi juga menjalani usaha berdagang atau pengumpul. Pengumpul di sini ialah menampung sejumlah penjualan hasil perkebunan, dan dijual ke berbagai daerah.
Untuk menjalani usaha pengumpul membutuhkan modal yang besar. Alasan masyarakat yang menjalani usaha pengumpul itu, karena tidak semua penduduk di daerah tersebut yang memiliki lahan perkebunan. Masyarakat yang tidak memiliki lahan, memilih menjadi pengumpul.
“Dikarenakan banyak pertanian komoditas hortikultura di sini yakni sayur-sayuran, buah-buahan, dan begitu juga untuk cabe dan bawang, maka menjalani usaha pengumpul cukup menjanjikan,” tambahnya.
Saat ini dari 30 orang anggota Tabur Puja, 10 orang diantaranya menjalani usaha pengumpul. Meski pinjamannya baru mencapai Rp2 juta, tapi setidaknya uang Rp2 juta dapat diputarkan sebagai modal untuk mengembangkan usaha tersebut. Hanya saja, apabila kondisi tersebut dikelolah oleh koperasi, maka ekonomi diyakini akan terkembang dengan baik, dengan waktu yang cukup singkat.