Pengamat: Nama Istora GBK Punya Sejarah
Editor: Koko Triarko
DENPASAR – Rencana perubahan nama gedung olahraga nasional Istora Gelora Bung Karno Jakarta, menuai pro dan kontra. Selain dari netizen, pengamat politik internasional, Arya Sandhiyudha, pun turut bersuara.
Menurut Arya Sandhiyudha, Istora Gelora Bung Karno itu bukan sekedar gedung yang bernilai bisnis, tapi mempunyai nilai sejarah nasional, bahkan internasional. Di sana ada ruh dan suluhnya.
“Tahun lalu, Bank Central Asia (BCA) sponsor juga tidak ada permintaan semacam itu”, kata Sandhiyudha, Jumat (18/5/2018).
Sandhi, sapaannya, menjelaskan, istilah Istana Olahraga (Istora) sendiri mempunyai ruh. Seperti di Turki, misalnya, Presiden Erdogan bahkan mengganti semua istilah ‘arena’, karena dalam cita-rasa bahasanya istilah tersebut lebih rendah. Apalagi untuk kita, Istora itu punya nilai sejarah internasional.
Selain itu, Istora tersebut bukan hanya sekedar gedung bernilai bisnis, bahkan bukan sekedar tempat olahraga, tapi sudah menjadi artefak sejarah.
Kalau dilihat dari sejarah, katanya, waktu dibangun 24 Agustus 1962 lalu dan memiliki nama resmi Istana Olahraga Gelora Bung Karno. Ada dua iven internasional yang dapat membuat kita mengerti ruh dan nilai-nilai dari nama ini, yaitu;
Istora GBK digunakan pertama pada saat upacara pembukaan Asian Games IV pada 1962 di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang dihadiri oleh lebih dari 110.000 orang.
Pada Pidatonya, Bung Karno kala itu mengatakan, bahwa peristiwa ini merupakan tonggak sejarah bagi Bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari nation and character building, maupun dalam rangka pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
“Dalam iven ini, Indonesia menolak kesetiaan Israel dan Taiwan. Inilah kenapa saya sebut Istora GBK ini bukan sekedar gedung”, jelas pria peraih Doktor Bidang Hubungan Internasional dari Istanbul University, Turki, ini.