Kenaikan Suku Bunga adalah Strategi Jangka Pendek Stabilisasi Rupiah

Editor: Mahadeva WS

Direktur IDEAS, Yusuf Wibidono. Foto : Sri Sugiarti.

JAKARTA – Pemerintah berencana menaikkan suku bunga sebagai upaya menjaga stabilisasi rupiah yang nilainya sudah tembus diangka Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono menilai, upaya menaikkan suku bunga untuk menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah hanya bersifay jangka pendek. Kebijakan tersebut memiliki batasan. “Itu (menaikan suku bunga) adalah strategi standar jangka pendek. Tidak ada pilihan. Karena Bank Indonesia (BI) sudah nggak punya cara lain, ini pilihan terakhir,” kata Yusuf kepada Cendana News, Selasa (8/5/2018).

Kebijakan menaikkan suku bunga tersebut tidak bisa terus-menerus dilakukan karena ada batasannya. Momentum kenaikan suku bunga akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. “Kalau suku bunga naik, kan pasti banyak yang terganggu, perbankan yang paling jelas. Belum lagi sektor riil, itu pasti teriak-teriak,” kata Yusuf.

Upaya menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dengan menaikkan suku bunga tidak bisa dihindari. Tapi dalam jangka menengah harus ada langkah-langkah lain dari pemerintah. Langkah yang lebih kongkrit yang bisa menurunkan tekanan kepada rupiah.

Aktivitas impor besar disebutnya, harus dicermati agar tidak membebani rupiah di pasar valas. “Coba dicek, otoritas kan pasti lebih tahu ya, siapa itu yang membeli dolar dalam jumlah besar setiap hari, dan untuk keperluan apa? Sumbernya pasti ketahuan,” kata Yusuf.

Impor minyak yang besar-besar disebutnya harus ditelusuri pemerintah. Pemerintah juga harus bertanggungjawab, tidak bisa semuanya mengandalkan BI. “Dalam jangka pendek, iya BI yang maju untuk atasi stabilisasi rupiah.Tapi nggak bisa lama-lama, jangan biarkan BI, sendirian. Ini medan pertempuran bersama harusnya jangan semua di lempar ke BI,” tegas Yusuf.

Lihat juga...