Kemendag: Penambahan Impor Beras Untuk Stok dan Stabilisasi
JAKARTA – Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Bidang Perekonomian memutuskan adanya penambahan importasi beras. Penambahan 500.000 ton tersebut diklaim bertujuan untuk stabilisasi harga dan memperkuat stok.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, keputusan impor beras tersebut diambil menurut kebutuhan sementara yang ditetapkan dalam rakortas. Di dalam rapat tersebut dipastikan pasokan beras masih kurang. “Mudah-mudahan (menstabilkan harga), kalau cukup. Harga masih di atas, serapan Bulog kecil. Petani mungkin menjualnya tidak ke Bulog karena dibatasi HPP (harga pembelian pemerintah),” kata Oke, Jumat (18/5/2018).
Dengan HPP yang dinaikkan 10 hingga 20 persen, masih belum mampu menyerap beras di petani. Hal itu dikarenakan, harga gabah saat ini masih tinggi. “Kalau sudah tinggi berarti rebutan. Kalau rebutan berarti yang diperebutkan kurang,” ucap Oke.
Sebelumnya, pemerintah membenarkan adanya tambahan importasi beras sebanyak 500.000 ton yang didatangkan dari Vietnam dan Thailand. Hal tersebut diputuskan dalam Rapat Koordinasi di Kantor Menteri Koordinator Perekonomian.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita membenarkan, pemberitaan pada laman The Voice Of Vietnam Online (vov.vn), yang menyebutkan bahwa Perum Bulog telah menandatangani kontrak untuk melakukan pembelian beras sebanyak 300.000 ribu ton dari Vietnam dan 200.000 dari Thailand. “Iya, betul. Itu pemasukan April hingga Juli 2018,” kata Enggartiasto, di Jakarta, Senin (14/5/2018).
Pada awal 2018, pemerintah juga telah memutuskan untuk mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand sebanyak 500.000 ton. Impor tersebut diklaim juga untuk memperkuat stok pemerintah dan menekan harga komoditas tersebut yang pada saat itu mencapai Rp13.000 per kilogram. (Ant)